Friday, June 5, 2015

MAKALAH FILSAFAT SOCRATES


BAB I
Pendahuluan
 Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan berfikir dewasa dalam segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Pekembangan filsafat dimulai dari jaman filsafat kuno sampai dengan filsafat moderen. Berbagai pemikiran-pemikiran baru bermunculan dan bersama-sama mencari kebenaran untuk mencapai suatu kebenaran yang sejati.
 Dengan adanya filsafat lahirlah tokoh-tokoh yang membuat perubahan dengan berbagai pemikiran-pemikirannya. Pemikiran-pemikiran itu menjadikan orang menggunakan akalnya untuk berfikir lebih dalam dan menggali ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat hingga kini. Berbagai penemuan baru telah diperoleh sehingga menjadikan seseorang lebih bijaksana dalam menghadapi suatu permasalahan yang ada.
Ajaran bahwa semua kebenaran itu relatif telah menggoyahkan teori-teori sains yang telah mapan, mengguncangkan keyakinan agama. Ini menyebabkan kebingungan dan kekacauan dalam kehidupan. Inilah sebabnya Socrates harus bangkit. Ia harus meyakinkan orang Athena bahwa tidak semua kebenaran itu relatif,  ada kebenaran yang umum yang dapat dipegang oleh semua orang.  Sebagian kebenaran memang relatif, tetapi tidak semuanya. Sayangnya, Socrates tidak meninggalkan tulisan. Ajarannya kita peroleh dari tulisan murid-muridnya, terutama Plato. Kehidupan Socrates (470-399 SM) berada di tengah-tengah keruntuhan imperium Athena. Tahun terakhir hidupnya sempat menyaksikan keruntuhan demokratis. Di sekitarnya dasar-dasar lama remuk, kekuasaan jahat mengganti keadilan disertai munculnya penguasa-penguasa politik yang menjadi orang-orang yang sombong dibandingkan dengan sebelumnya.
 Pemuda-pemuda Athena pada masa ini dipimpin oleh doktrin relativisme dari kaum sofis, sedangkan Socrates adalah seorang penganut moral yang absolut dan menyakini bahwa menegakkan moral merupakan tugas filosof, yang berdasarkan idea-idea rasional dan keahlian dalam pengetahuan.

BAB II
A.Biografi Socrates.
 Filsafat pada masa Socrates sering juga di sebut dengan filsafat periode klasik. Akan tetapi, Socrates belum sampai pada suatu system filosofi, yang memberikan nama klasik kepada filosofi itu. Ia baru membuka jalan. Ia baru mencari kebenaran. Ia belum sampai menegakkan suatu system pandangan. Tujuannya terbatas hingga mencari dasar yang baru dan kuat bagi kebenaran dan moral.
 Sistem ajaran filsafat klasik baru dibangun oleh Plato dan Aristoteles, berdasarkan ajaran Socrates tentang pengetahuan dan etika beserta filosofi alam yang berkembang sebelum Socrates.
 Socrates lahir di Athena pada tahun 470 SM dan meninggal pada tahun 399 SM. Bapaknya adalah tukang pembuat patung, sedangkan ibunya seorang bidan.
 Socrates terkenal sebagai orang yang berbudi baik, jujur, dan adil. Cara penyampaian pemikirannya kepada para pemuda mengunakan metode Tanya jawab. Socrates juga dikenal sebagai seorang yang tidak tampan, berpakaian sederhana, tanpa alas kaki dan berkeliling mendatangi masyarakat Athena untuk berdiskusi soal filsafat. Dia melakukan ini pada awalnya didasari satu motif religius untuk membenarkan suara gaib yang didengar seorang kawannya dari Oracle Delphi yang mengatakan bahwa tidak ada orang yang lebih bijak dari Socrates. Merasa diri tidak bijak dia berkeliling membuktikan kekeliruan suara tersebut, dia datangi satu demi satu orang-orang yang dianggap bijak oleh masyarakat pada saat itu dan dia ajak diskusi tentang berbagai masalah kebijaksanaan. Metode berfilsafatnya inilah yang dia sebut sebagai metode kebidanan. Dia memakai analogi seorang bidan yang membantu kelahiran seorang bayi dengan caranya berfilsafat yang membantu lahirnya pengetahuan melalui diskusi panjang dan mendalam. Dia selalu mengejar definisi absolut tentang satu masalah kepada orang-orang yang dianggapnya bijak tersebut meskipun kerap kali orang yang diberi pertanyaan gagal melahirkan definisi tersebut. Pada akhirnya Socrates membenarkan suara gaib tersebut berdasar satu pengertian bahwa dirinya adalah yang paling bijak karena dirinya tahu bahwa dia tidak bijaksana sedangkan mereka yang merasa bijak pada dasarnya adalah tidak bijak karena mereka tidak tahu kalau mereka tidak bijaksana.
 Cara berfilsafatnya inilah yang memunculkan rasa sakit hati para kaum sofis terhadap Sokrates karena setelah penyelidikan itu maka akan tampak bahwa mereka yang dianggap bijak oleh masyarakat ternyata tidak mengetahui apa yang sesungguhnya mereka duga mereka ketahui. Rasa sakit hati inilah yang nantinya akan berujung pada kematian Sokrates melalui peradilan dengan tuduhan resmi merusak generasi muda, sebuah tuduhan yang sebenarnya dengan gampang dipatahkan melalui pembelaannya sebagaimana tertulis dalam Apologi karya Plato. Socrates pada akhirnya wafat pada usia tujuh puluh tahun dengan cara meminum racun sebagaimana keputusan yang diterimanya dari pengadilan dengan hasil voting 280 mendukung hukuman mati dan 220 menolaknya.
 Adapun filsafah pemikiran Socrates, diantaranya adalah pernyataan adanya kebenaran objektif, yaitu yang tidak bergantung kepada aku dan kita, dalam membenarkan kebenaran yang objektif, ia menggunakan metode tertentu yang terkenal dengan metode dialektika. Dialektika berasal dari kata Yunani yang berarti bercakap-cakap atau dialog. Didalam berdialog, ia akan menganalisis pendapat-pendapat. Setiap orang mempunyai pendapat mengenai salah dan benar. Ia bertanya kepada negarawan, hakim, tukang, pedagang, dan sebagainya. Menurut Xenophon, ia bertanya tentang benar-salah, adil-zalim, berani-pengecut, dan lain-lain kepada siapapun yang menurutnya patut ditanya. Socrates selalu menganggap jawaban pertama sebagai hipotesis, dan dengan jawaban yang lebih lanjut, menarik konsekuensi yang dapat disimpulkan dari jawaban tersebut. Jika tenyata hipotesis pertama tidak dapat dipertahankan, karena menghasilkan konsekuensi yang mustahil, hipotesis itu diganti dengan hipotesis lain, lalu hipotesis kedua ini diselidiki dengan jawaban-jawaban lain, dan begitu seterusnya. Sering terjadi, percakapan itu berkhir dengan kebingungan. Akan tetapi, tidak jarang, dialog itu menghasilkan suatu definisi yang dianggap berguna. (Ahmad Syadali dan Mudzakkir, 2004 : 66-67 ).
 Dari metode dialektikanya, ia menemukan dua penemuan metode yang lain, yaitu induksi  dan definisi.  Ia menggunakan istilah induksi  manakala pemikiran betolak dari pengetahuan yang khusus, lalu ia menyimpulkannya dengan pengertian umum. Pengertian umum diperoleh dari mengambil sifat-sifat yang sama (umum) dari masing-masing kasus khusus dan cirri-ciri khusus yang tidak disetujui bersama disisihkan. Ciri umum tersebut dinamakan ciri esensi dan semua ciri khusus itu dinamakan ciri-ciri eksistensi. Suatu definisi dibuat dengan menyebutkan semua ciri esensi suatu objek dengan menyisihkan semua ciri eksestensinya. Demikianlah jalan untuk memperoleh definisi tentang suatu persoalan. (Ahmad Syadali dan Mudzakkir, 2004 : 66-67 ). Begitulah cara Socrates mencapai pengertian. Melalui induksi sampai definisi. Definisi,yaitu pembentukan pengertian yang berlaku universal. Pengertian menurut paham Socrates sama dengan apa yang disebut Kant: prinsip regulative dan dasar menyusun. Dengan jalan begitu, hasil yang dicapai tidak lagi takluk kepada paham subjektif, seperti yang diajarkan kaum Sofis, melainkan umum sifatnya, berlaku untuk selama-lamanya. Induksi dan definisi menuju pengetahuan yang berdasarkan pengertian.
 Dengan cara itu, Socrates membangun jiwa lawannya berdialog tentang keyakinan bahwa kebenaran tidak diperoleh begitu saja sebagai ayam panggang terlompat ke dalam mulut yang ternganga, melainkan dicari dengan perjuangan seperti memperoleh segala barang yang tertinggi nilainya. Dengan cara mencari kebenaran seperti itu, terlaksana pula tujuan yang lain, yaitu membentuk karakter.
 Selain memiliki metode dialektika yang digunakan untuk mencari suatu kebenaran, Socrates juga memiliki suatu falsafah tentang etika. Mohammad Hatta (1986 : 83-84) menjelaskan bahwa pandangan Socrates tentang etika bermula dari definisinya tentang budi. Menurut Socrates, budi adalah tau. Inilah inti dari etikanya, orang yang berpengatahuan dengan sendirinya akan berbudi baik. Paham etikanya merupakan kelanjutan dari metodenya. Induksi dan definisi menuju pada pengetahuan yang berdasarkan pengertian.
  Selanjutnya, peninggalan pemikiran Socrates yang paling penting ada pada cara dia berfilsafat dengan mengejar satu definisi absolut atas satu permasalahan melalui satudialektika. Pengejaran pengetahuan hakiki melalui penalaran dialektis menjadi pembuka jalan bagi para filsuf selanjutnya. Perubahan fokus filsafat dari memikirkan alam menjadi manusia juga dikatakan sebagai jasa dari Sokrates. Manusia menjadi objek filsafat yang penting setelah sebelumnya dilupakan oleh para pemikir hakikat alam semesta. Pemikiran tentang manusia ini menjadi landasan bagi perkembangan filsafat etika dan epistemologis di kemudian hari. Sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum.



B.PEMIKIRAN SOCRATES
 Kaum sofis hidup sejaman dengan Socrates, dan memang ada kesamaan pendapat diantara keduanya itu. Menurut Cicero, Socrates memindahkan filsafat dari langit ke bumi, artinya sasaran yang diselidiki bukan lagi jagat raya, melainkan manusia. Akan tetapi bukan hanya Socrates yang membuat demikian, kaum sofis juga. Mereka juga menjadikan manusia sasaran pemikiran mereka. Itulah sebabnya Aristophanes menyebut Socrates seorang sofis. Sekalipun demikian ada perbedaan yang besar antara Socrates dan kaum sofis. Filsafat Socrates adalah suatu reaksi dan suatu kritik terhadap kaum sofis. Sebutan “sofis” mengalami perkembangan sendiri. Sebelum abad ke-5 istilah itu berarti: sarjana, cendekiawan. Pada abad ke-4 para sarjana atau cendekiawan bukan lagi disebut “sofis”, tetapi “filosofis”, filsuf, sedang sebutan “sofis” dikenakan untuk para guru yang berkeliling dari kota ke kota untuk mengajar. Akhirnya sebutan “sofis” tidak harum lagi, karena seorang sofis adalah orang yang menipu orang lain dengan memakai alasan-alasan yang tidak sah. Para guru berkeliling itu dituduh sebagai orang-orang yang minta uang bagi ajaran mereka.
 Ajaran bahwa semua kebenaran itu relatif telah menggoyangkan teori-teori sains yang telah mapan, mengguncangkan keyakinan agama. Ini menyebabkan kebingungan dan kekacauan dalam kehidupan. Inilah sebabnya Socrates bangkit. Ia harus meyakinkan orang Athena bahwa tidak semua kebenaran itu relatif, ada kebenaran umum yang dapat dipegang oleh semua orang. Sebagian kebenaran memang relatif, tetapi tidak semuanya. Sayangnya, Socrates tidak meninggalkan tulisan. Kaum sofis beranggapan bahwa semua pengetahuan adalah relatif kebenarannya, tidak ada pengetahuan yang bersifat umum. Dengan definisi itu Socrates dapat membuktikan kepada kaum sofis bahwa pengetahuan yang umum itu ada, yaitu definisi itu sendiri. Jadi, kaum sofis tidak seluruhnya benar, yang benar ialah sebagian pengetahuan bersifat umum dan sebagian bersifat khusus, yang khusus itulah pengetahuan yang kebenarannya relatif. Seperti contoh berikut: apakah kursi itu? Orang bisa periksa seluruh kursi, kalau bisa seluruh kursi yang ada dunia ini. Misalnya kursi hakim terdiri dari tempat duduk dan sandaran, berkaki empat, dari bahan kayu jati. Kedua, kursi malas, terdiri dari tempat duduk, sandara dan berkaki empat, terbuat dari besi anti karat begitulah seterusnya. Jadi dapat diambil kesimpulah bahwa setiap kursi itu selalu ada tempat duduk dan sandaran. Kedua ciri ini terdapat pada semua kursi. Sedangkan ciri yang lain tidak dimiliki semua kursi. Maka, semua orang akan sepakat bahwa kursi adalah tempat duduk yang bersandaran. Contoh tersebut merupakan kebenaran obyektif – umum, tidak subyektif – relatif. Tentang jumlah kaki, bahan, ukuran, dsb. Merupakan kebenaran yang relatif. Jadi, memang ada pengetahuan umum, itulah definisi.
 Ajarannya dapat diperolah dari tulisan murid-muridnya, terutama Plato. Bartens menjelaskan ajaran Socrates itu ditujukan untuk menentang ajaran relativisme sofis. Ia ingin menegakkan sains dan agama. Cara sokrates memberikan ajarannya adalah ia mendatangi orang dengan bermacam-macam latar belakang mereka, seperti: ahli politik, pejabat, tukang dan lain-lain. Metode itu bersifat praktis dan dijalankan melalui percakapan-percakapan. Ia menganalisis pendapat-pendapat. Setiap orang mempunyai pendapat mengenai salah dan tidak salah, adil dan tidak adil, berani dan pengecut, dsb. Socrates selalu menanggapi jawaban pertama sebagai hipotesis dan dengan jawaban-jawaban lebih lanjut dan menarik konsekuensi-konsekuensi yang dapat disimpulkan dari jawaban-jawaban tersebut. Jika ternyata hipotesis pertama tidak dapat dipertahankan, karena menghasilkan konsekuensi yang mustahil, maka hipotesis itu diganti dengan hipotesis lain, lalu hipotesis kedua ini diselidiki dengan jawaban-jawaban lain, dan begitu seterusnya. Sering terjadi percakapan itu berakhir dengan aporia (kebingunan). Akan tetapi, tidak jarang dialog itu menghasilkan suatu definisi yang dianggap berguna. Metode yang biasa digunakan Socrates biasanya disebut dialektika. Menurut Plato, dialektika dalam pengertian sebagai metode untuk menggali pengetahuan dengan cara tanya jawab, bukan ditemukan oleh Socrates. Agaknya metode ini pertama kali dipraktikkan secara sistematis oleh Zeno, murid Parmenindes; dalam dialog Plato berjudul Parmenindes, Zeno mengungguli Socrates lewat cara yang sama dengan yang terjadi dalam dialog-dialog Plato lainnya di mana Socrates mengungguli orang-orang lain. Namun ada cukup alasan untuk menduga bahwa Socrates mempraktikkan sekaligus mengembangkan merode ini. Metode Socrates dinamakan dialektika karena dialog mempunyai peranan penting didalamnya. Sebutan yang lain ialah maieutika, seni kebidanan, karena cara ini Socrates bertindak seperti seorang bidan yang menolong kelahiran bayi “pengertian yang benar”.
 Dengan cara bekerja yang demikian itu Socrates menemukan suatu cara berfikir yang disebut induksi, yaitu: menyimpulkan pengetahuan yang sifatnya umum dengan berpangkal dari banyak pengetahuan tentang hal khusus. Misalnya: banyak orang yang menganggap keahliannya (tukang besi, tukang sepatu, pemahat, dll) sebagai keutamaannya. Seorang tukang besi berpendapat, bahwa keutamaannya adalah jikalau ia membuat alat-alat dari besi yang baik. Seorang tukang sepatu menganggap sebagai keutamaanya, jikalau ia membuat sepatu yang baik. Demikian seterusnya. Untuk mengetahui apakah “keutamaan” pada umumnya, semua sifat khusus keutamaan-keutamaan yang bermacam-macam itu harus disingkirkan. Tinggallah keutamaan yang sifatnya umum. Demikianlah dengan induksi itu sekaligus ditemukan apa yang disebut definisi umum. Definisi umum ini pada waktu itu belum dikenal. Socrateslah yang menemukannya, yang ternyata penting sekali bagi ilmu pengetahuan. Bagi Socrates definisi umum bukan pertama-tama diperlukan bagi keperluan ilmu pengetahuan, melainkan bagi etika. Yang diperlukan adalah pengertian-pengertian etis, seperti umpamanya: keadilan, kebenaran, persahabatan dan lain-lainya.
 Socrates juga mengatakan bahwa jiwa manusia bukanlah nafasnya semata-mata, tetapi asas hidup manusia dalam arti yang lebih mendalam. Jiwa itu adalah intisari manusia, hakekat manusia sebagai pribadi yang bertanggung jawab. Oleh karena jiwa adalah intisari manusia, maka manusia wajib mengutamakan lebahagiaan jiwanya (eudaimonia = memiliki daimon atau jiwa yang baik), lebih dari pada kebahagiaan tubuhnya atau kebahagiaan yang lahiriah, seperti umpamanya: kesehatan dan kekayaan. Manusia harus membuat jiwanya menjadi jiwa yang sebaik mungkin. Jikalau hanya hidup saja, hal tersebut belum ada artinya. Pendirian Socrates yang terkenal adalah “Keutamaan adalah Pengetahuan”. Keutamaan di bidang hidup baik tentu menjadikan orang dapat hidup baik. Hidup baik berarti mempraktekkan pengetahuannya tentang hidup baik itu. Jadi baik dan jahat dikaitkan dengan soal pengetahuan, bukan dengan kemauan manusia.
 Pada bagian kisah terakhir dalam hidup Socrates, dimana ia menyampaikan pandangan tentang apa yang terjadi sesudah mati, ia benar-benar yakin pada imortalitas. Seperti dalam cuplikan pidato penutup Socrates setelah dia dijatuhi hukuman mati:“Dan sekarang wahai orang-orang yang telah menghukumku, ingin kuramalkan nasib kalian; sebab sebentar lagi aku mati, dan saat-saat menjelang kematian manusia dianugerahi kemampuan meramalkan. Dan kuramalkan kalian, para pembunuhku, bahwa tak lama sesudah kepergianku maka hukuman yang jauh lebih berat daripada yang kalian timpakan kepadaku pasti akan menantimu… jika kalian menyangka bahwa dengan membunuh seseorang kalian dapat menjegal orang itu sehingga tak mengecam hidup kalian yang tercela, kalian salah duga; itu bukan jalan keluar terhormat dan membebaskan; jalan paling mudah dan bermartabat bukanlah dengan memberangus orang lain, namun dengan memperbaiki diri kalian sendiri. Kematian mungkin sama dengan tidur tanpa mimpi –yang jelas baik- atau mungkin pula berpindahnya jiwa ke dunia lain. Dan adakah yang memberatkan manusia jika ia diberi kesempatan untuk berbincang dengan Orpheus, Musaeus, Hesiodus, dab Homerus? Maka, sekiranya hal ini benar, biarlah aku mati berulang kali. Di dunia lain itu mereka tak akan menghukum mati seseorang hanya karena suka bertanya: tentu tidak. Sebab kecuali sudah lebih berbahagia daripada kita saat ini, mereka yang di dunia lain itu abadi, sekiranya apa yang sering dikisahkan itu benar… “

 Dari uraian pidato penutup diatas, Socrates telah percaya bahwa ada kehidupan setelah mati, dan mati merupakan perpindahan jiwa manusia ke dunia selanjutnya. Orang mati hanya meninggalkan jasad. Socrates berpendapat bahwa ruh itu telah ada sebelum manusia, dalam keadaan yang tidak kita ketahui. Kendatipun ruh itu telah bertali dengan tubuh manussia, tetapi diwaktu manusia itu mati, ruh itu kembali kepada asalnya semua. Diwaktu orang berkata kepada Socrates, bahwa raja bermaksud akan membunuhnya. Dia menjawab: “Socrates adalah di dalam kendi, raja hanya bisa memecahkan kendi. Kendi pecah, tetapi air akan kembali ke dalam laut”. Maksudnya, yang hancur luluh adalah tubuh, sedangkan jiwa adalah kekal (abadi).
C.Metode Socrates
 Socrates tidak pernah menulis. Ia tidak pernah mengajarkan filosofi, melainkan hidup berfilosofi. Bagi dia, filosofi bukan misi, bukan hasil, bukan ajaran yang bersandarkan dogma, melainkan fungsi yang hidup. Filosofinya mencari kebenaran, ia bukan ahli pengetahuan melainkan pemikir.
Ajarannya itu hanya di kenal dari catatan murid-muridnya, terutama Xenephon dan Plato. Untuk mengetahui ajaran Socrates, orang banyak bersandar kepada Plato. Tetapi kesulitannya adalah dalam tulisannya, Plato banyak menuangkan pendapatnya sendiri kedalam ajaran Socrates.
 Tujuan Socrates ialah mencari kebenaran yang berlaku untuk selama-lamanya. Socrates berpendapat, bahwa kebenaran itu tetap dan harus dicari. Dalam mencari kebenaran itu ia tidak berpikir sendiri melainkan tanya jawab. Kebenaran harus lahir dari jiwa. Metodenya disebut maieutik, menguraikan, seolah-olah menyerupai pekerjaan ibunya sebagai bidan.
Socrates mencari pengertian, yaitu bentuk yang tetap. Sebab itu ia selalu bertanya : apa itu ? apa yang dikatakan berani, apa yang disebut indah, apa yang bernama adil ?. Tanya jawab, yang dilakukan secara meningkat dan mendalam, melahirkan pikiran yang kritis.
Oleh karena itu Socrates mencari kebenaran yang tetap dengan tanya jawab, maka jalan yang ditempuhnya ialah metode induksidan definisi. Kedua-duanya yaitu bersangkutan. Induksi menjadi dasar definisi.
Induksi yang menjadi metode Socrates ialah memperbandingkan secara kritis. Dengan melalui induksi sampai kepada definisi.Definisi yaitu pembentukan pengertian yang umum. Induksi dan definisi menuju pengetahuan yang berdasarkan pengertian.

D.Etika socrates
 Budi ialah tahu, kata Socrates. Orang yang berpengetahuan dengan  sendirinya berbudi baik. Siapa yang mengetahui hukum pasti bertindak dengan pengetahuannya. Oleh karena budi berdasar atas pengetahuan maka budi itu dapat dipelajari. Dari gambaran tersebut terlihat bahwa ajaran etik Socrates bersifat intelektual dan juga rasional. Apabila budi adalah tahu maka tak ada orang yang sengaja berbuat jahat.Kedua-duanya, budi dan tahu bersangkut-paut. “Jahat” hanya datang dari orang yang tidak mengetahui, orang yang tidak mempunyai pertimbangan atau penglihatan yang benar.
Oleh karna budi adalah tahu, maka siapa yang mengetahui kebaikan pastilah dia berbuat baik. Menuju kebaikan adalah jalan yang sebaik-baiknya untuk mencapai kesenangan hidup. Apa itu ‘kesenangan hidup’ ? hal ini tidak pernah dipersoalkan oleh Socrates sehingga murid-muridnya kemudian memberikan pendapatnya sendiri-sendiri yang bertentangan satu sama lain.
 Menurut Socrates, manusia itu pada dasarnya baik. Keadaan dan tujuan manusia ialah kebaikan sifatnya dan kebaikan budinya. Dari pandangan etik yang rasional itu Socrates sampai pada sikap hidup yang penuh dengan rasa keagamaan. Menurut keyakinannya didzalimi lebih baik dari pada mendzalimi. Socrates adalah orang yang mempercayai tuhan.













BAB III
3.1 Simpulan
  Socrates merupakan seorang filsuf Yunani kuno yang lahir di Athena pada tahun 470 SM yang merupakan tokoh paling penting dalam filosofis negara barat. Dia adalah orang yang sederhana, yang selalu berpakaian tua dan kumal serta tidak pernah memakai alas kaki. Dia adalah orang yang baik, jujur dan adil. Ayah Socrates adalah soorang pemahat patung dan ibu Socrates adalah seorang bidan yang kemudian dengan pekerjaan ibunya itu dia mendapat inspirasi tentang pemikiran yang dilakukan oleh seorang bidan. Filsafat Pra Sokrates hanya membahas tentang Obyek alam, sedangkan Sokrates disamping membahas alam juga membahas manusia, jiwa, dan yang lainya.
 Ajaran Socrates merupakan tulisan yang ditulis oleh Plato. Perjuangannya telah menumbuhkan seorang filosof-filosof yang mampu berpikir kritis dan melanjutkan perjalanan Socrates.
 Dan karna fikiran kritis itulah, tumbuh pemikiran yang benar dan rasional.Socrates dengan pemikiran filsafatnya untuk menyelidiki manusia secara keseluruhan, yaitu dengan menghargai nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah, di mana keduanya tidak dapat dipisahkan karena dengan keterkaitan kedua hal tersebut banyak nilai yang dihasilkan
 Dari hal tersebut timbullah pemikiran-pemikiran yang sangat bermanfaat sampai sekarang ini. Adapun pemikiran-pemikirannya adalah sebagai berikut:
Pemikiran tentang adanya kebenaran umum, karena Socrates berfikir bahwa tidak semua kebenaran itu bersifat relatif atau disebut juga cara berfikir induksi, yaitu menyimpulkan pengetahuan yang sifatnya umum dengan berpangkal dari banyak pengetahuan tentang hal yang bersifat khusus.
Metode dialektika, yang sebenarnya telah diterapkan oleh seorang filsuf bernama Zeno yang merupakan murid dari Parmenindes. Meskipun demikian, Socrateslah yang mengembangkan metode ini. Cara kerjanya adalah seperti nama metodenya yaitu dengan cara bertanya-jawab atau berdialog. Metode ini juga disebut dengan maieutika atau seni kebidanan.
Pemikiran tentang “keutamaan adalah pengetahuan” jadi semua hal dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada. Bahkan Socrates telah menjelaskan bahwa baik dan jahat dalam kehidupan manusia dikaitkan dengan pengetahuan, bukan dengan kemauan manusia.
Pemikiran tentang adanya manusia yang abadi atau imortalitas. Socrates berpendapat bahwa orang yang mati hanya meninggalkan jasad, dan ruhnya akan menuju ke alam selanjutnya.











DAFTAR PUSTAKA
Hadiwijono, Dr. Harun,Sari Sejarah Islam,kanisius,Yogyakarta,1980.
  Prof. DR. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, (Bandung:Rosdakarya,2009) 
 http://Filsafat Socrates -The Dzakkir.html



PENGGUNAAN MEDIA

Penggunaan Media
Salah satu ciri media pemebelajaran adalah bahawa media mengandung dan membawa pesan atau informasikepada penerima yaitu siswa. sebagian media dapat mengolah pesan dan respons siswa sehingga media itu sering disebut media interaktif. Pesan dan informasi yang dibawa oleh media bisa berupa pesan yang sederhana dan bisa pula pesan yang amat kompleks. akan tetapi yang terpenting adalah media itu disiapkan untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kemampuan siswa serta siswa dapat aktif berpartisipasi dalam proses belajar mengajar.oleh karena itu perlu dirancang dan dikembangkan lingkungan pembelajaran yang interaktif yang dapat mennawab dan memenuhi kebutuhan belajar perorangan dengan menyiapkan kegiafan belajar dengan medianya yang efektif guna menjamin terjadinya pembelajaran.
Media pembelajaran yang akan dibahas mengikuti taksonomi Leshin, dan kawan-kawan (1992) yaitu media berbasis manusia (guru, instruktur, tutor, mainperan, kegiatan kelompok, dan lain-lain), media bebasis cetakan (buku, penuntun, buku kerja, dan lembaran lepas), media berbasis visual (buku, charts, grafik, peta, figur/gambar, transparansi, film bingkai, atau slide), media berbasis udio visual (video, film, slide, bersama tape, televisi), dan media berbasis komputer (pengajaran dengan bantuan komputer (pengajaran dengan bantuan komputer dan video interaktif).
Media Berbasis Manusia
Media berbasis manusia merupakan media tertua yang digunakan untuk mengirimkan dan mengkomunikasikan pesan atau informasi. Salah satu contoh yang terkenal adalah gaya tutorial Socrates. Sistem ini tentu dapat menggabungkannya dengan media visual lain.
Media ini bermanfaat bila tujuan kita adalah mengubah sikap atau ingin secara langsung terlibat dengan pemantauan pembelajaran siswa. Misalnya, media manusia dsapat mengarahkan dan mempengaruhi proses belajar melalui eksplorasi terbimbing dengan menganalisis dari waktu ke waktu apa yang terjadi pada lingkungan belajar. Guru dapat merangkai pesannya untk satu kelompok khusus, dan seelah itu dirangkwi menurut kebutuhan belajar kelompok siswa atau irama emosinya. Sebagian kelompok dapat dimotivasi dan tertarik belajar dan sebagian yang lainnya mungkin menolak dan
melawan terhadap pelajaran. Seringkali dalam suasana pembelajaran, siswa pernah mengalami pengalaman belajar yang jelek dan memandang belajar sebagai sesuatu yang negatif. Instruktur manusia- sebagai media- secara intuitif dapat merasakan kebutuhan siswanya dan memberinya pengalaman belajar yang akan membantu mencapai ujuan pembelajaran.
Media berbasis manusia mengajukan dua teknik yang efektif yaitu rancangan yang berpusat pada masalah dan bertanya ala Socrates. Rancangan pembelajaran yang berpusat pasa masalah dibangun berdasarkan masalah yang harus dipecahkan oleh pelajar. Langkah-langka rancangan jenis pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
merumuskan masalah yang relevan
mengidentifikasi pengahuan dan keterampilan yang terkait untuk memecahkan masalah
ajarkan mengapa pengetahuan itu penting dan bagaimana diterapkan
tuntun eksplorasi siswa
kembangkan masalah dalam konteks yang beragam
nilai pengetahuan siswa dengan memberikan masalah baru untuk dipecahkan
Penekanan teknik bertanya ala Socrates adalah penjelasan konsep-konsep dan gagasan-gagasan melalui penggunaan pertanyan-pertanyaan pancingan. Guru harus belajar bagaimana mendenga apa yang ditanyakan dan dibahas, dan menuntun diskusi dengan cara bermakna yang menampilkan alasan dan bukti. ia juga hartus membantu siswa untuk menemukan implikasi, konsepsi, dan jalur pemecahan. Langkah-langkah pembelajaran Socrates adalah:
mengidentifikasi pertanyaan heuristik yang meminta siswa berbagi, menganalisis, mengevaluasi, dan mensintesis pekerjaan atau tugas mereka
pelajaran mungkin bisa dimulai dengan diskusi kelompok besar kemudian dikelompokkan dalam kelompok kecil untuk mendalami gagasan yang muncul
menentukan apakah siswa harus belajar bersama dalam kelompok, perorangan, atau secara bebas.
Salah satu faktor penting dalam pembelajaran dengan media berbasis manusia ialah rancangan pembelajaran yang interaktif. Langkah-langkah pembelajaran interaktif yaitu:
mengidentifikasi pokok bahasan pelajaran
mengembangkan sajian pembelajaran yang mencakup semua informasi yang diharapkan siswa harus dikuasai
mengamati keseluruhan penyajian dan menentukan dimana dialog-dialog interaktif dapat digabung dan disisipkan
menetapkan informasi yang diinginkan siswa
menentukan pesan-pesan apa yang ingin disampaikan dengan kegiatan .'. interaktif
menetapkan butir-butir diskusi penting
Pembelajaran yanv interaktif dapat direalisasikan dalam beberapa bentuk yaitu
pemebelajaran partisipatoris adalah jenis pembelajaran yang dimulai dengan sesi curah pendapat dari seluruh siswa
pemebelajaran main peran adalah dimulai dengan main peran yang diberi tahapan pelaku yang terdiri atas siswa dengan sukarela
pembelajaran kuis tim adalah dimulai dengan mengumumkan bahwa akan ada kuis pada akhir pelajaran
pembelajaran kooperatif adalah menciptakan tim-tim atau kelompok-kelompok yang bertanggung jawab untuk saling mengajar pengetahuan atau keterampilan khusus
debat terstruktur amat bermanfaat apabila ada butir-butir informasi penting atau atau pandangan yang berlawanan
pembelanjaran 99 detik merupakan rancangan pembelajaran yang membatu siswa memproses informasi dengan meminta siswa mengorganisasikan secra singkat informasi ke dalam penyajian yang tidak lebih dari 99 detik.
Media Berbasis Cetakan
Materi pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal adalah buku teks, buku penuntun, jurnal, majalah, dan lembaran lepas. Teks berbasis cetakan menuntut enen elemen yang perlu diperhatikan pada saat merancang yaitu konsistensi, format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong.
Pembelajaran berbasis teks yang interaktif mulai populer pada tahun 1960-an dengan istilah pembelajaran terprogram yang merupakan materi untuk belajar mandiri. Perancang pembelajaran harus berupaya untuk membuat materi dengan media berbasis teks ini menjadi interaktif. Petunjuk berikut mungkin dapat membantu menyiapkan media berbasis teks yang interaktif:
Sajikan informasi dalam jumlah selayaknya dapat dicerna, diproses, dan dikuasai. Informasi dibagi ke dalam kelompok-kelompok terkecil kira-kira 3 sampai 7 kelompok
Pertimbangkan hasil pengamatan dan analisis kebutuhan siswa dan siapkan latihan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut
Pertimbangkan hasil analisis siswa
Siapkan kesempatan bagi siswa untuk dapat belajar sesuai kemampuan dan kecepatan mereka
Gunakan beragam jenis latihan dan evaluasi seperti main peran, studi kasus, berlomba, atau simulasi
Beberapa cara yang digunakan untuk menarik perhatian pada media berbasis teks adalah warna, huruf, dan kotak.
Media Berbasis Visual
Media berbasis visual memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara materi pelajaran dengan dunia nyata.
Bentuk visual bisa berupa
Gambar representasi seperti gambar, lukisan, atau foto yang menunjukkan bagaimana tampaknya sesuatu benda
Diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi, dan struktur isi materi
Peta menunjukkan hubungan-hubungan ruang antara unsur-unsur dalam isi materi
Grafik seperti tabel, grafik, dan chart atau bagan yang menyajikan gambaran atau kecenderungan ta antar hubungan seperangkat gambar atau angka-angka
Ada beberapa prinsip umum untuk penggunaan efektif media berbasis visual yaitu:
Usahakan visual itu sesederhana mungkin
Visual digunakan untuk menekankan informasi sasaran
Gunakan grafik untuk menggambarkan ikhtisar keseluruhan materi sebelum menyajikan unit demi unit pelajaran untuk digunakan oleh siswa mengorganisasikan informasi
Ulangi sajian visual dan libatkan siswa untuk meningkatkan daya ingat
Gunakan gambar untuk melukiskan perbedaan konsep-konsep
Hindari visual yang tak berimbang
Tekankan kejelasan dan ketepatan dalam semua visual
Visual yang diproyeksikan harus dapat terbaca dan mudah dibaca
Visual, khususnya diagram, amat membantu untuk mempelajari materiyang agak kompleks
Visual yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan gagasan khusus akan efektif apabila (1) jumlah objek dalam visual yang akan ditafsirkan dengan benar dijaga agar terbatas, (2) jumlah aksi terpisah yang penting yang pesan-pesannya harus ditafsirkan dengan benar sebaiknya terbatas, dan (3) semua objek dan aksi yang dimaksudkan dilukiskan secara realistik sehingga tidak terjadi penafsiran ganda
Unsur-unsur pesan dalam visual itu harus ditonjolkan
Caption (keterangan gambar) harus disiapkan
Warna harus digunakan secara realistik
Warna dan pemberian bayangan digunakan untuk mengarahkan perhatian dan membedakan komponen-komponen
Media Berbasis Audio-Visual
Media visual yang menggabungkan penggunaan suara memerlukan pekerjaan tambahan untuk memproduksinya. Salah satu pekerjaan penting yang diperlukan dalam media audio-visual adalah penulisan naskah dan storyboard yang memerlukan persiapan yang banyak, rancangan, dan penelitian.
Naskah yang menjadi bahan narasi disaring dari isi pelajaran yang kemudian disintesis ke dalam apa yang ingin ditunjukkan dan dikatakan. Narasi ini merupakan penuntun bagi tim produksi untuk memikirkan bagaimana video menggambarkan atau visualisasi materi pelajaran. Pada awal pelajaran media harus mempertunjukkan sesuatu yang dapat menarik perehatian semua siswa.
Berikut adalah beberapa petunjujk praktis untuk menulis naskah narasi:
Tulis singkat, padat, dan sederhana
Tulis seperti menulis judul berita, pendek, dan tepat berirama dan mudah diingat
Tulisan tidak harus berupa kalimat yang lengkap
Hindari istilah teknis kecuali jika istilah itu diberi batasan atau digambarkan
Tulislah dalam kalimat aktif
Usahakan setiap kalimat tidak lebih dari 15 kata
Setelah menulis narasi, bacanarasi itu dengan suara keras
Edit dan revisi naskah narasi itu sebagaimana perlunya
Storyboard dikembangkan dengan memperhatikan beberapa petunjuk:
Menetapkan jenis visual apa yhang digunakan
Pikirkan bagian yang akan diperankan audio dalam paket program
Lihat dan yakinkan bahwa seluruh isi pelajaran tercakup dalam storyboard
Reviu storyboard
Kumpul dan paparkan semua storyboard sehingga dapat terlihat sekaligus
Kumpulkan anggota tim produksi untuk mereviu dan mengritik storyboard
Revisi untuk persiapan akhir sebelum memulai produksi
Media Berbasis Komputer
Komputer berperan sebagai manajer dalam proses pembelajaran yang dikenal dengan nama Computer Managed Instruction (CMI). Ada pula peran komputer sebagai pembantu tambahan belajar; pemanfaatannya meliputi penyajian informasi isi materi pelajaran, latihan, atau keduanya. Modus ini dikenal sebagai Computer Assisted Instruction (CAI).
Format penyajian pesan dan informasi dalam CAI terdiri atas:
Tutorial terprogram adalah seperangkat tayangan baik statis maupun dinamis yang telah lebih dahulu diprogramkan
Tutorial intelijen adalah jawaban komputer terhadap pertanyaan dihasilkan oleh intelegensia artifisial
Drill and practice digunakan dengan asumsi bahwa sjatu konsep, aturan atau kaidah, atau prosedur telah diajarkan kepada siswa
Simulasi memberikan kesempatan untuk belajar secara dinamis, interaktif, dan perorangan
Petunjuk untuk perwajahan teks media berbasis komputer:
Layar monitor komputer bukanlah halaman, tetapi penayangan yang dinamis yang bergerak berubah dan perlahan-lahan
Layar tidak boleh terlalu padat-bagi ke dalam beberapa tayangan
Pilihlah jenis huruf normal
Gunakan antara tujuh sampai sepuluh kata per baris
Tidak memenggal kata pada akhir baris, tidak memulai paragraf pada baris terakhir, tidak mengakhiri paragraf pada baris pertama, meluruskan baris kalimat pada sebelah kiri namun sebelah kanan sebaiknya tidak lurus karena lebih mudah membacanya
Jarak dua spasi disarankan untuk tingkat keterbaaan yang lebih baik
Pilih karakter huruf tertentu untuk judul
Teks diberi kotak apabila teks itu berada bersama-sama dengan grafik atau representasi visual lainnya pada layarf tayangan yang sama
Konsisten dengan gaya dan format yang dipilih
Konsep interaktif dalam pembelajaran paling erat kaitannya denan media berbasis komputer. Interaksi dalam lingkungan pembelajaran berbasis komputer pada umumnya mengikuti 3 unsur yaitu (1) urut-urutan instruksional yang dapat disesuaikan, (2) jawaban atau respons atau pekerjaan siswa, (3) umpan balik yang dapat disesuaikan. 

PENGERTIAN MEDIA PEMBELAJARAN

Pengertian Media
Kata media berasal dari kata medius yang secara harfiah berarti 'tengah', 'perantara' atau 'pengantar'. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach dan Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Media sering diganti dengan kata mediator. Menurut Fleming (1987:234) adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak yang mendamaikannya. dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar sdiswa dan isi pelajaran. Media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.
Televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan adalah media komunikasi. apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran. 
istilah "media" bahkan sering dikaitkan atau digantikan dengan kata "teknologi" yang berasal dari kata tekne (bahasa inggris art) dan logos (bahasa indonesia "ilmu").
Menurut Webster (1983:105), "art" adalah keterampilan (skill) yang diperoleh lewat pengalaman, studi dan observasi. Dengan demikian, teknologi tidak lebih dari suatu ilmu yang membahas tentang keerampilan yang diperoleh lewat pengalaman,studi, danobservasi. Bila dihubungkan dengan pendidikan dan pembelajaran, maka teknologi mempunyai pengertian sebagai:
perluasan konsep tentang media, dimana teknologi bukan sekedar benda, alat, bahan atau perkakas, tetapi, tersimpul pula sikap, perbuatan, organisasi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu. (Achsin, 1986:10)
berdasarkan uraian umum mengenai media, berikut ciri-ciri umum media:
media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware atau perangkat keras yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indra
media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal dengan software atau perangkat lunak yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa
penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio
media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas
media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran
media pendidikan dapat digunakan secara massal misalnya radio, televisi, kelompok besar dan kecil misalnya film, slide, video, OHP atau perorangan misalnya modul, komputer, radio tape, kaset, video recorder
sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.

TEORI PSIKOANALISIS DALAM PENERAPAN BIMBINGAN KONSELING (BK)

Teori Psikoanalisis dalam Penerapan BK
Psikoanalisis merupakan metode penyembuhan yang lebih bersifat psikologi dengan cara-cara fisik. Tokok utama dan pendiri teori psikoanalisis adalah Sigmund Freud, sebagai orang yang mengemukakan konsep ketidaksadaran dalam kepribadian. Konsep-konsep psikoanalisis banyak memberi pengaruh terhadap perkembangan konseling.

Konsep Pokok
Pada mulanya Freud mengembangkan teorinya tentangb struktur kepribadia dan sebab-sebab gangguan jiwa. Konsep Freud yang anti rasionalisme menekankan motivasi tidak sadar, konflik, dan simbolisme sebagai konsep primer. Teorin kepribadian menurut Freud menyangkut tiga hal, yaitu:
Struktur Kepribadian
Menurut Freud, kepribadian terdiri dari tiga sistem yaitu: id, ego, dan super ego.
Id adalah aspek biologis yang merupakan sistem kepribadian yang asli. Id berfungsi menghindari diri dari ketidaksenangan dan mencari atau menjadikan kesenangan atau kepuasan. Ada dua cara id menghilangkan rasa tidak enak atau mencari kepuasan tersebut yaitu:
Dengan reflek atau reaksi-reaksi otomatis seperti bersin, mengedipkan mata, dan lain-lain
Dengan proses primer, misalnya pada waktu lapar maka id membayangkan ada makanan yang lezat
Ego adalah aspek psikologis yang timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan dengan dunia kenyataan. Ego mempunyai prinsip mereduksi ketegangan yang timbul dalam organisme sampai ada benda nyata yang sesuai. Jadi ego mempunyai prinsip kenyataan dan melanjutkan proses primer dan proses sekunder.
Perbedaan pokok id dan ego adalah kalau id mengenal bayangan dunia subjektif, sedangkan ego dapat membedakan sesuatu hanya ada dalam subjektif dan sesuatu yang ad dalam dunia objektif.
Selain hal itu, ego berfungsi pula mengontrol dan mengendalikan jalan-jalan yang ditempuh id dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang dapat dipenuhi dan cara memenuhinya dengan memilih objek-objek yang dapat dipenuhi. Di dalam melaksanakan fungsi ini, ego selalu mempersatukan pertentangan antara id dan super ego dengan dunia objektif.
Super ego merupakan aspek sosiologis yang mencerminkan nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat yang ada dalam kepribadian individu. Super ego mengutamakan kesempurnaan dai kesenangan dan yang pokok apakah sesuatu itu salah, pantas atau tidak, susila atau tidak. Dengan demikian, pribadi bertindak sesuai dengan moral masyarakat.
Fungsi super ego dalam hubungannya dengan id, dan ego adalah:
Merintangi impuls-impuls id, terutama impuls seksual dan agresif yang pernyataannya sangat dipengaruhi oleh masyarakat
Mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralitas daripada realitas
Mengejar kesempurnaan
Dengan demikian, super ego cenderung menentang id maupun ego dan membuat dunia menurut konsepsi yang ideal. Demikianlah struktur kepribadian menurut Freud, terdiri dari tiga aspek. Hal yang perlu diingat bahwa aspek-aspek itu hanya nama-nama untuk berbagai proses psikologis yang berlangsung dengan prinsip yang berbeda satu sama lain. Dalam keadaan biasa ketiga sistem itu bekerja sama dengan diatur oleh ego, kepribadian berfungsi sebagai kesatuan.
Dinamika Kepribadian
Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu didistribusikan serta digunakan oleh id, ego, dan super ego. Oleh karena energi terbatas, maka terjadi semacam persaingan dalam menggunakan energi tersebut.
Freud berpendapat, bahwa energi psikis dapat dipindahkan dari energi fisiologisndan sebaliknya. Jembatan antara energi tubuh dengan kepribadian ialah id dan insting.
Ada tiga istilah yang banyak persamaannya yaitu insting, keinginan dan kebutuhan. Insting adalah sumber perangsang somatik dalam yang dibawa sejak lahir. Freud beranggapan bahwa sumber-sumber perangsang dari luar ini memainkan peranan yang kurang penting jika dibandingkan dengan insting, pada umumnya perangsang dari luar lebih sedikit pengaruhnya terhadap individu, karena orang bisa menghindarkan perangsang dari luar, tapi takkan bisa melarikan perangsang dari dalam. Insting mempunyain empat macam sifat yaitu:
Sumber yaitu kondisi jasmaniah
Tujuan
Tujuan insting ialah menghilangkan rangsangan kejasmanian, sehingga ketidakenakan yang timbul karena adanya tegangan yang disebabkan oleh meningkatnya energi dapat ditiadakan. Misalnya, tujuan insting lapar ialah menghjilangkan dengan cara makan.
Objek insting
Ialah segala aktivitas yang mengantarai keinginan dan terpenuhinya keinginan dan terpenuhinya keinginan tersebut.
Jadi tidak terbatas pada bendanya saja
Pendorong atau penggerak insting
Dalam usaha menegakkan dan mengontrol id agar memuaskan impuls yang sesuai dengan nilai-nilai moral yang ada dalam masyarakat, super ego menggunakan energi dari id. Maka akibatnya sering super ego bertentangan dengan id, sebab super ego mencegah pernyataan-pernyataan ri dorongan primitif id terutama di dorongan seksual dan agresi (dengan car yang tidak dibenarkan masyarakat). Id dan super ego sama-sama irrasional atau tidfak mampu dalam menentukan khayalan dengan kenyataan, hanya berbeda dalam tujuan, id hendak memuaskan impuls-impuls, sedang super ego hendak menurutkan moral masyarakat.
Perkembangan Kepribadian
Perkembangan menurut Freud mulai terbentuk pada tahun-tahun pertama di masa kanak-kanak. Kepribadian berkembang sehubungan dengan empat macam pokok sebagai sumber ketegangan yaitu: (1) proses pertumbuhan fisikologis (kedewasaan), (2) frustasi, (3) konflik, (4) ancaman.
Sebagai akibat adanya tantangan dari keempat hal tersebut individu berusaha untuk menemukan atau belajar cara-cara untuk meredakan ketegangan. Belajar menggunakan cara-cara baru dalam meredakan ketegangan inilah yang disebut perkembangan kepribadian.
Cara atau metode yang dipergunakan oleh individu untuk mengatasi frustasi, konflik atau kecemasan adalah dengan identifikasi, pemindahan sublimasi, mekanisme pertahan ego dan perubahan insting-insting. Walaupun Freud membagi-bagi perkembangan atas beberapa fase namun fase tersebut bukan merupakan batas yang tajam. Fase perkembangan tersebut ialah:
Fase Oral: 0;0 s.d. 1;0 tahun, pada fase ini mulut merupakan daerah pokok daripada daerah dinamik
Fase Anal: 1:0 s.d. 3:0 tahun, pada fase ini kateksis dan aniti kateksis berpusat pada anal (pembuangan kotoran)
Fase Phallis: 3;0 s.d. 5;0 tahun, pa fase ini alat kelamin merupakan daerah organ terpenting
Fase Latent: 5;0 s.d. 13;0 tahun, pada masa ini impuls cenderung untuk ada dalam keadaan tertekan
Fase Pubertas: 12;0 s.d. 20 tahun, pada fase ini impuls-impuls yang selama fase latent tertekan, menonjol, dan membawa aktivitas-aktivitas dinamis kembali. Apabila aktivitas dinamis ini dapat dipindahkan dan disublimasikan oleh ego dengan berhasil, maka sampailah orang-orang kepada masa kematangan terakhir.
Fase Genital: pada fase ini individu telah berubah dari mengejar kenikmatan, menjadi orang dewasa yang telah mengasosialisasikan dengan realitas. Fungsi pokok fase genital adalah reproduksi.
Gangguan jiwa
Psikoanalisis membedakan dua macam gejala gangguan jiwa yaitu:
Psikoneurose dan psikose. Psikoneurose disebabkan oleh kegagalan ego untuk mengontrol dorongan id, karena ego tidak berhasil memperoleh kesepakatan. Psikoneurose dikelompokkan menjadi tiga yaitu, histeri, psikastenia, reaksi kecemasan.
Psikose dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu psikose fungsional dan psikose organic. Psikose fungsional terdiri dari tiga jenis yaitu manic-defressive, paranoia, scizophrenia. Psikose organic terdiri dari impolutional melancholia, senile and alcoholic, psychoses, general parasis.

Proses Konseling
Tujuan Psikoanalitik adalah untuk membentuk kembalim struktur karakter individu dengan membuat yang tidak sadar menjadi sadar pada diri klien. Proses konselingdipusatkan pada usaha menghayati kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak.
Suatu karakteristik konselingb psikoanalisis adalah bahwa terapi atau analisis bersikqp anonim (tak dikenal) dan bertindak dengan sangat sedikit menunjukkan pengalaman dan perasaannya, sehingga dengan demikian klien akan memantulkan perasaannya pada konselor. Selama terapi, klien maju melalui tahapan-tahapan, yaitu:
Pengembangan suatu hubungan dengan analisis, mengalami krisis penyembuhan, mendapatkan tilikan terhadap pengalaman masa lampau yang tidak disadari
Pengembangan resistensi untuk lebih memahami diri sendiri
Pengembangan hubungan transparasi dengan konselor
Bekerja dengan hal-hal yang resistensi dan tertutup, dan mengakhiri terapi.

Teknik-teknik Terapi
Teknik-teknik dalam psikoanalisis digunakan untuk meningkatkan kesadaran mendapatkan tilikan intelektual ke dalam perilaku klien, dan memahami gejala-gejala yang tampak. Ada lima teknik dasar dalam terapi psikoanalisis yaitu:
Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas adalah satu metode pengungkapan pengalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik di masa lalu.
Interpretasi
Interpretasi adalah prosedur dasar yang digunakan dalam asosiasi bebas, analisis mimpi, analisis resistensi, dan analisis transparansi.
Analisis Mimpi
Analisis mimpi merupakan prosedur yang penting untuk membuka hal-hal yang tidak disadari dan membantu klien untuk memperoleh tilikan kepada masalah-masalah yang belum terpecahkan.
Analisis dan Interpretasi Resistensi
Resistensi, sebagai suatu konsep fundamental praktik-praktik psikoanalisis, yang bekerja melawan kemajuan terapi dan mencegah klien unk menampilkan hal-hal yang tidak disadari. Selama asosiasi bebas, atau asosiasi mimpi, klien mungkin cenderung menunjukkan ketidakmauan untuk mengaitkan perasaan, pemikiran, dan pengalaman tertentu. Freud memandang resistensi sebagai dinamika yang tidak disadari yang mendorong seseorang untuk mempertahankan terhadap kecemasan. Hal ini akan timbul bila orang menjadi sadar terhadap dorongan dan perasaan yang tertekan. Resistensi bukan sesuatu yang harus diatasi, karena hal itu merupakan gambaran pendekatan pertahanan klien dalam kehidupan sehari-hari. Resistensi harus diakui sebagai alat pertahanan menghadapi kecemasan.
Analisis dan Interpretasi Transferensi
Seperti halnya resistensi, transferensi (pemindahan) terletak dalam arti terapi psikoanalitik. Transferensi muncul dengan sendirinya dalam proses terapeutik pada saat di mana kegiatan klien masa lalu yang takkan terselesaikan dengan orang lain, menyebabkan dia mengubah masa kini dan mereaksi kepada analis yang dia lakukan kepada ibunya atau ayahnya.

Kritik dan Kontribusi
Beberapa kritik terhadap psikoanalisis adalah antara lain:
Pandangan yang terlalu deterministik dinilai terlalu merendahkan martabat manusia
Terlalu banyak menekankan kepada pengalaman masa kanak-kanak, dan menganggap seolah-olah sepenuhnya ditentukan masa lalu. Hal ini memberikan gambaran seolah-olah tanggung jawab individu berkurang.
Terlalu meminimalkan rasionalitas
Perilaku ditentukan oleh energi psikis, adalah sesuatu yang meragukan
Penyembuhan dalam psikoanalisis terlalu bersifat rasional dalam pendekatannya
Data penelitian empiris kurang banyak mendukung sistem psikoanalisis
Sementara itu, kontribusi yang diberikan adalah antara lain:
Adanya motivasi yang tidak selamanya disadari
Teori kepribadian dan teknik psikoterapi
Pentingnya masa kanak-kanak dalam penghembangan kepribadian
Model pengembangan wawancara sebagai alat terapi
Adanya persesuaian antara teori dan teknik

Thursday, June 4, 2015

MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Manusia dilahirkan ke dunia pada hakekatnya dalam keadaan seorang diri atau individu. Namun meskipun manusia dikatakan sebagai makhluk individu, manusia tidak mungkin bisa hidup sendiri tanpa bergantung dengan manusia yang lain. Karena itu manusia juga disebut sebagai makhluk sosial.
Hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, dikarenakan manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri atau masih membutuhkan bantuan dari pihak lain. Bersosialisasi pun sangat penting dalam menjalin hubungan yang baik antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Jika tidak adanya individu, maka keluarga dan masyarakat pun tidak akan tercipta. Begitu pula dengan individu, tidak akan bisa berjalan sendiri jika tidak adanya keluarga dan masyarakat, karena dengan adanya keluarga dan masyarakat, masing-masing individu dapat mengekspresikan segala hal yang berhubungan dengan sosial. Aspek individu, keluarga, masyarakat dan kebudayaan adalah aspek-aspek sosial yang tidak bisa dipisahkan.
Oleh karena itu pada makalah ini akan dibahas mengenai  pengertian aspek-aspek kehidupan sosial dan hubungan antara yang satu dengan yang lain.

1.2 Permasalahan
Ada beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini, diantaranya:
1.      pengertian individu, keluarga, dan masyarakat
2.      kehidupan sosial individu, keluarga dan masyarakat

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut:

  1. untuk mengetahui pengertian dari individu, keluarga dan masyarakat
  2. untuk mengetahui lebih banyak mengenai kehidupan sosial individu, keluarga dan masyarakat



1.4 Manfaat

Makalah ini dibuat dengan harapan dapat bermanfaat untuk:

1.      sebagai pengetahuan bagi mahasiswa mengenai pengertian dan kehidupan sosial individu, keluarga dan masyarakat

2.      sebagai petunujuk dalam belajar dan memahami materi kuliah ilmu sosial dasar tentang individu, keluarga dan masyarakat
 

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Individu, Keluarga dan Masyarakat 
2.1.1 Pengertian Individu 
Individu berasal dari kata latin, “individuum” yang artinya tak terbagi. Kata individu merupakan sebutan untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai keseluruhan yang tak dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan, demikian pendapat Dr. A. Lysen. 
Individu menurut konsep Sosiologis berarti manusia yang hidup berdiri sendiri. Individu sebagai mahkluk ciptaan Tuhan di dalam dirinya selalu dilengkapi oleh kelengkapan hidup yang meliputi:
1.   raga, merupakan bentuk jasad manusia yang khas yang dapat membedakan antara individu yang satu dengan yang lain, sekalipun dengan hakikat yang sama
2.   rasa, merupakan perasaan manusia yang dapat menangkap objek gerakan dari benda-benda isi alam semesta atau perasaan yang menyangkut dengan keindahan 
3.   rasio atau akal pikiran, merupakan kelengkapan manusia untuk mengembangkan diri, mengatasi segala sesuatu yang diperlukan dalam diri tiap manusia dan merupakan alat untuk mencerna apa yang diterima oleh panca indera
4.   rukun atau pergaulan hidup, merupakan bentuk sosialisasi dengan manusia dan hidup berdampingan satu sama lain secara harmonis, damai dan saling melengkapi. rukun inilah yang dapat membantu manusia untuk membentuk suatu kelompok social yang sering disebut masyarakat. 

2.1.2 Pengertian Keluarga 
Ada beberapa pandangan atau anggapan mengenai keluarga. Menurut Sigmund Freud, keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan wanita. Lain halnya Adler berpendapat bahwa mahligai keluarga itu dibangun berdasarkan pda hasrat atau nafsu berkuasa. 
Durkheim berpendapat bahwa keluarga adalah lembaga sosial sebagai hasil faktor-faktor politik, ekonomi dan keluarga. 
Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan berpendapat bahwa keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya. 

2.1.3 Pengertian Masyarakat 
Masyarakat merupakan salah satu satuan sosial sistem sosial, atau kesatuan hidup manusia. Istilah inggrisnya adalah society , sedangkan masyarakat itu sendiri berasal dari bahasa Arab Syakara yang berarti ikut serta atau partisipasi, kata Arab masyarakat berarti saling bergaul yang istilah ilmiahnya berinteraksi. 
Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya. Ada beberapa pengertian masyarakat : 
a.    menurut Selo Sumarjan (1974) masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan 
b.   menurut Koentjaraningrat (1994) masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama
c.    menurut Ralph Linton (1968) masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan mampu membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan mereka menganggap sebagai satu kesatuan sosial
d.   menurut Karl Marx, masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi 
e.    menurut Emile Durkheim, masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya
f.    menurut Paul B. Horton & C. Hunt, masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut. 
Tatanan kehidupan, norma-norma yang mereka miliki itulah yang dapat menjadi dasar kehidupan sosial dalam lingkungan mereka, sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri kehidupan yang khas. 

2.1.4 Hubungan Permasalahan dalam Keluarga di Masyarakat 
Setiap orang pasti mempunyai masalah dalam hidup. Masalah terjadi karena kesalahan kita sendiri. Masalah bisa timbul karena orang lain atau memang sudah saatnya menghadapi masalah. 
1.   Masalah Dalam Percintaan (Hati) 
·   Baru mengalami Jatuh Cinta 
·   Ada masalah dalam hubungan pacaran mungkin masalah sakit hati karena cinta dan semua itu sering dialami dan pasti bakal terjadi dalam sebuah hubungan asmara 
·   Antara suami istri 
·   Masalah antara orang tua dan anaknya 
·   Masalah dengan saudara dalam keluarga 
2.   Masalah Dalam Keluarga 
·   Antara suami-istri 
·   Masalah antara orang tua dan anaknya 
·   Masalah dengan saudara dalam keluarga 
3.   Masalah di Sekolah 
·   Masalah dengan Guru 
·   Masalah dengan teman di sekolah 
·   Masalah pembayaran uang sekolah 
·   Masalah percintaan juga waktu disekolah 
4.   Masalah Dalam Pekerjaan 
·   Dengan atasan di tempat bekerja 
·   Dengan rekan kerja Masalah 
·   Di PHK “Putus Hubungan Kerja” 

2.3.1 Kehidupan Sosial Individu 
Kehidupan sosial antara individu dengan individu merupakan awal dari terbentuknya keluarga dan masyarakat. Ini merupakan langkah awal dalam terbentuknya suatu hubungan-hubungan sosial yang terjalin di dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Sebagaimana, tanpa adanya individu keluarga dan masyarakat tidak akan tercipta begitu pula sebaliknya. Hubungan sosialisasi yang baik antara individu yang satu dengan yang lain sangat penting dalam menciptakan kehidupan masyarakat sosial yang teratur.
Hubungan baik antara individu dengan individu sangat diperlukan karena ini adalah hubungan yang dibina paling awal dalam kehidupan masyarakat sosial. Dari uraian tersebut di atas kita dapat mengetahui bahwa hubungan individu dan masyarakat itu dapat ditinjau dari segi masyarakat saja (totalisme), ditinjau dari segi individu saja (individualisme) dan ditinjau dari segi interaksi individu dan masyarakat. Dengan memperhatikan tiga pandangan ini maka bagaimana hubungan individu dan masyarakat di Indonesia?
Profesor Supomo menyatakan bahwa hubungan antara warga negana dan negara Indonesia adalah hubungan yang integral. Hubungan masyarakat Indonesia pada dasarnya adalah hubungan yang integral (Driyarkara, 1959, p. 225). Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa paham yang dianut untuk menggambarkan hubungan antara individu dan masyarakat di Indonesia adalah paham integralisme.
Paham integralisme berpendapat bahwa individu-individu yang bermacam-macam itu merupakan suatu kesatuan dan keseluruhan yang utuh. Manusia dalam masyarakat yang teratur dan tertib itu berada dalam suatu integrasi. Menurut Dniyarkara SY integrasi semacam ini dapat berarti dalam arti sosiologis dan psikologis, sebab manusia yang berada dalam integrasi itu merasa aman, tenang dan bahagia. Integrasi semacam ini terdapat dalam masyanakat kecil maupun besar, seperti keluarga, desa dan Negara.
Individu selalu mencari berbagai macam lingkungannya tetapi lingkungan yang pertama kali akan di temuai oleh individu adalah lingkungan keluarga, karena lingkungan keluarga merupan suatu aspek bagi individu untuk dapat mengembangkan kemampuan atau kapasitasnya .didalam lingkungan keluarga secara tidak langsung individu telah bersentuhan langsung dengan berbagai aspek sosial. Dan sementara itu di dalam lingkungan masyarakat merupakan aspek lanjutan dari lingkungan keluarga ,lingkungan masyarakat sangat luas sehingga individu dapat mengekspresikan sesuatunya yang sudah di pelajari di lingkungan keluarga.
Individu belum bisa dikatakan sebagai individu apabila dia belum dibudayakan. Artinya hanya individu yang mampu mengembangkan potensinya sebagai individulah yang bisa disebut individu. Untuk mengembangkan potensi kemanusiaannya ini atau untuk menjadi berbudaya dibutuhkan media keluarga dan masyarakat.ini merupakan pendapat-pandapat dari Spencer, Pareto, Ward, Comte, Durkheim, Summer, dan Weber. Individu adalah mahkluk perseorangan yang terdiri dari atau terbentuk dari tiga aspek, yaitu aspek organis jasmaniah, psikis rohaniah, dan sosial. Dan untuk membentuk ketiga aspek tersebut manusia harus menjalankan sejumlah bentuk sosilisasi dan itulah yang dapat membentuk ketiga aspek tersebut.
Salah satu bentuk sosialisasi adalah pola pengasuhan anak di dalam keluarga, mengingat salah satu fungsi keluarga adalah sebagai media transmisi atas nilai, norma dan simbol yang dianut masyarakat kepada anggotanya yang baru. Di masyarakat terdapat berbagai bentuk keluarga di mana dalam proses pengorganisasiannya mempunyai latar belakang maksud dan tujuannya sendiri.
Pranata keluarga ini bukanlah merupakan fenomena yang tetap melainkan sebuah fenomena yang berubah, karena di dalam pranata keluarga ini terjadi sejumlah krisis. Krisis tersebut oleh sebagian kalangan dikhawatirkan akan meruntuhkan pranata keluarga ini. Akan tetapi bagi kalangan yang lain apa pun krisis yang terjadi, pranata keluarga ini akan tetap survive.

2.3.2 Kehidupan Sosial Keluarga
Aspek individu, keluarga, masyarakat dan kebudayaan adalah aspek-aspek sosial yang tidak bisa dipisahkan. Semua itu mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Jika tidak ada individu maka tidak akan terciptanya keluarga dan masyarakat .individu tidak bias berjalan sendiri tanpa adanya keluarga dan masyarakat karena keluarga dan masyarakat merupakan media untuk mengekspresikan aspek sosialnya.
Dalam ilmu sosial individu merupakan bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Umpama keluarga sebagai kelompok sosial yang terkecil terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah merupakan individu yang sudah tidak dapat dibagi lagi, demikian pula Ibu. Anak masih dapat dibagi sebab dalam suatu keluarga jumlah anak dapat lebih dari satu. Di dalam kehidupan berkeluarga, sosialisasi yang baik sangat diperlukan dalam mempertahankan keharmonisan hubungan di dalam keluarga.
Keluarga merupakan sebagai lingkungan utama dalam membentuk kepribadian anggota di dalam keluarga tersebut. Keluarga sebagai media pembinaan anggotanya dalam melakukan hal-hal yang berhubungan dengan sosial. Pembinaan yang baik akan menciptakan kehidupan keluarga yang baik di dalam lingkungan kemasyarakatan.
Hubungan yang harmonis di dalam keluarga sangat penting agar dapat membentuk pribadi yang baik, karena apapun yang terjadi di dalam keluarga akan berpengaruh besar kepada tiap-tiap anggota keluarga yang termasuk di dalamnya. Sebagaimana Individu tidak akan bisa berjalan sendiri tanpa adanya keluarga sebagai media untuk mengekspresikan segala hal yang berhubungan dengan masalah-masalah sosial.

2.3.3 Kehidupan Sosial Masyarakat
Hubungan di lingkungan masyarakat yang terjalin dengan baik merupakan hasil dari hubungan yang baik antara individu dengan individu dan di dalam hubungan keluarga. Sama seperti keluarga, masyarakat merupakan media untuk mengekspresikan segala hal yang berhubungan dengan masalah-masalah sosial. Individu pun tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa adanya masyarakat.
Masyarakat adalah sekumpulan individu yang mengadakan kesepakatan bersama untuk secara bersama-sama mengelola kehidupan. Terdapat berbagai alasan mengapa individu-individu tersebut mengadakan kesepakatan untuk membentuk kehidupan bersama. Alasan-alasan tersebut meliputi alasan biologis, psikologis, dan sosial.
Pembentukan kehidupan bersama itu sendiri melalui beberapa tahapan yaitu interaksi, adaptasi, pengorganisasian tingkah laku, dan terbentuknya perasaan kelompok. Setelah melewati tahapan tersebut, maka terbentuklah apa yang dinamakan masyarakat yang bentuknya antara lain adalah masyarakat pemburu dan peramu, peternak, holtikultura, petani, dan industri.
Di dalam tubuh masyarakat itu sendiri terdapat unsur-unsur persekutuan sosial, pengendalian sosial, media sosial, dan ukuran sosial. Pengendalian sosial di dalam masyarakat dilakukan melalui beberapa cara yang pada dasarnya bertujuan untuk mengontrol tingkah laku warga masyarakat agar tidak menyeleweng dari apa yang telah disepakati bersama. Walupun demikian, tidak berarti bahwa apa yang telah disepakati bersama tersebut tidak pernah berubah. Elemen-elemen di dalam tubuh masyarakat selalu berubah dimana cakupannya bisa bersifat mikro maupun makro.
Apa yang menjadi kesepakatan bersama warga masyarakat adalah kebudayaan, yang antara lain diartikan sebagai pola-pola kehidupan di dalam komunitas. Kebudayaan di sini dimengerti sebagai fenomena yang dapat diamati yang wujud kebudayaannya adalah sebagai suatu sistem sosial yang terdiri dari serangkaian tindakan yang berpola yang bertujuan untuk memenuhi keperluan hidup. Serangkaian tindakan berpola atau kebudayaan dimiliki individu melalui proses belajar yang terdiri dari proses internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi.
Hubungan antara masyarakat dan individu dapat digambarkan sebagai kutub positif dan kutub negatif pada aliran listrik. Jika dua kutub itu dihubungkan listrik ia akan mampu memberi kekuatan baginya dan menimbulkan suasana yang cerah. Jika individu dan masyarakat dipersatukan maka kehidupan individu dan masyarakat akan lebih bergairah dan suasana kehidupan individu dan kehidupan masyarakat akan lebih bermakna dan hidup serta bergairrah.
Dapat disimpulkan bahwa hubungan individu dan masyarakat menurut paham individualistis adalah bahwa dalam kehidupan seorang individu kepentingan dan kebutuhan individu yang lebih penting dan pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Individu yang menentukan corak masyarakat yang dinginkan. Masyarakat harus melayani kepentmgan individu. Individu mempunyai hak yang mutlak dan tidak boleh dirampas oleh masyarakat demi kepentingan umum.
Paham individualisme juga disebut Atomisme. Atomisme berpendapat bahwa hubungan antara individu itu seperti hubungan antar atom-atom yang membentuk molekul-molekul. Oleh karena itu hubungan in bersifat lahiriah. Bukan kesatuan yang penting tetapi keaneka ragaman yang penting dalam masyarakat. Pandangan individualistis ini yang otomistis ini berakar pada nominalisme suatu aliran filsafat yang menyatakan bahwa konsep-konsep umum itu tidak mewakili realitas dari sesuatu hal. Yang menjadi realitas itu individu. Realitas masyarakat itu ada karena individu itu ada. Jika individu tidak ada maka masyarakat itu tidak ada. Jadi adanya individu itu tidak tergantung pada adanya masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa semua itu mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Jika tidak ada individu maka tidak akan terciptanya keluarga dan masyarakat. Individu tidak bisa berjalan sendiri tanpa adanya keluarga dan masyarakat karena keluarga dan masyarakat merupakan media untuk mengekspresikan aspek sosialnya. Dalam ilmu sosial individu merupakan bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Umpama keluarga sebagai kelompok sosial yang terkecil terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah merupakan individu yang sudah tidak dapat dibagi lagi, demikian pula Ibu. Anak masih dapat dibagi sebab dalam suatu keluarga jumlah anak dapat lebih dari satu.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Individu, Keluarga dan Masyarakat 
2.1.1 Pengertian Individu 
Individu berasal dari kata latin, “individuum” yang artinya tak terbagi. Kata individu merupakan sebutan untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai keseluruhan yang tak dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan, demikian pendapat Dr. A. Lysen. 
Individu menurut konsep Sosiologis berarti manusia yang hidup berdiri sendiri. Individu sebagai mahkluk ciptaan Tuhan di dalam dirinya selalu dilengkapi oleh kelengkapan hidup yang meliputi:
1.   raga, merupakan bentuk jasad manusia yang khas yang dapat membedakan antara individu yang satu dengan yang lain, sekalipun dengan hakikat yang sama
2.   rasa, merupakan perasaan manusia yang dapat menangkap objek gerakan dari benda-benda isi alam semesta atau perasaan yang menyangkut dengan keindahan 
3.   rasio atau akal pikiran, merupakan kelengkapan manusia untuk mengembangkan diri, mengatasi segala sesuatu yang diperlukan dalam diri tiap manusia dan merupakan alat untuk mencerna apa yang diterima oleh panca indera
4.   rukun atau pergaulan hidup, merupakan bentuk sosialisasi dengan manusia dan hidup berdampingan satu sama lain secara harmonis, damai dan saling melengkapi. rukun inilah yang dapat membantu manusia untuk membentuk suatu kelompok social yang sering disebut masyarakat. 

2.1.2 Pengertian Keluarga 
Ada beberapa pandangan atau anggapan mengenai keluarga. Menurut Sigmund Freud, keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan wanita. Lain halnya Adler berpendapat bahwa mahligai keluarga itu dibangun berdasarkan pda hasrat atau nafsu berkuasa. 
Durkheim berpendapat bahwa keluarga adalah lembaga sosial sebagai hasil faktor-faktor politik, ekonomi dan keluarga. 
Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan berpendapat bahwa keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya. 

2.1.3 Pengertian Masyarakat 
Masyarakat merupakan salah satu satuan sosial sistem sosial, atau kesatuan hidup manusia. Istilah inggrisnya adalah society , sedangkan masyarakat itu sendiri berasal dari bahasa Arab Syakara yang berarti ikut serta atau partisipasi, kata Arab masyarakat berarti saling bergaul yang istilah ilmiahnya berinteraksi. 
Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya. Ada beberapa pengertian masyarakat : 
a.    menurut Selo Sumarjan (1974) masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan 
b.   menurut Koentjaraningrat (1994) masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama
c.    menurut Ralph Linton (1968) masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan mampu membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan mereka menganggap sebagai satu kesatuan sosial
d.   menurut Karl Marx, masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi 
e.    menurut Emile Durkheim, masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya
f.    menurut Paul B. Horton & C. Hunt, masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut. 
Tatanan kehidupan, norma-norma yang mereka miliki itulah yang dapat menjadi dasar kehidupan sosial dalam lingkungan mereka, sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri kehidupan yang khas. 

2.1.4 Hubungan Permasalahan dalam Keluarga di Masyarakat 
Setiap orang pasti mempunyai masalah dalam hidup. Masalah terjadi karena kesalahan kita sendiri. Masalah bisa timbul karena orang lain atau memang sudah saatnya menghadapi masalah. 
1.   Masalah Dalam Percintaan (Hati) 
·   Baru mengalami Jatuh Cinta 
·   Ada masalah dalam hubungan pacaran mungkin masalah sakit hati karena cinta dan semua itu sering dialami dan pasti bakal terjadi dalam sebuah hubungan asmara 
·   Antara suami istri 
·   Masalah antara orang tua dan anaknya 
·   Masalah dengan saudara dalam keluarga 
2.   Masalah Dalam Keluarga 
·   Antara suami-istri 
·   Masalah antara orang tua dan anaknya 
·   Masalah dengan saudara dalam keluarga 
3.   Masalah di Sekolah 
·   Masalah dengan Guru 
·   Masalah dengan teman di sekolah 
·   Masalah pembayaran uang sekolah 
·   Masalah percintaan juga waktu disekolah 
4.   Masalah Dalam Pekerjaan 
·   Dengan atasan di tempat bekerja 
·   Dengan rekan kerja Masalah 
·   Di PHK “Putus Hubungan Kerja” 

2.3.1 Kehidupan Sosial Individu 
Kehidupan sosial antara individu dengan individu merupakan awal dari terbentuknya keluarga dan masyarakat. Ini merupakan langkah awal dalam terbentuknya suatu hubungan-hubungan sosial yang terjalin di dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Sebagaimana, tanpa adanya individu keluarga dan masyarakat tidak akan tercipta begitu pula sebaliknya. Hubungan sosialisasi yang baik antara individu yang satu dengan yang lain sangat penting dalam menciptakan kehidupan masyarakat sosial yang teratur.
Hubungan baik antara individu dengan individu sangat diperlukan karena ini adalah hubungan yang dibina paling awal dalam kehidupan masyarakat sosial. Dari uraian tersebut di atas kita dapat mengetahui bahwa hubungan individu dan masyarakat itu dapat ditinjau dari segi masyarakat saja (totalisme), ditinjau dari segi individu saja (individualisme) dan ditinjau dari segi interaksi individu dan masyarakat. Dengan memperhatikan tiga pandangan ini maka bagaimana hubungan individu dan masyarakat di Indonesia?
Profesor Supomo menyatakan bahwa hubungan antara warga negana dan negara Indonesia adalah hubungan yang integral. Hubungan masyarakat Indonesia pada dasarnya adalah hubungan yang integral (Driyarkara, 1959, p. 225). Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa paham yang dianut untuk menggambarkan hubungan antara individu dan masyarakat di Indonesia adalah paham integralisme.
Paham integralisme berpendapat bahwa individu-individu yang bermacam-macam itu merupakan suatu kesatuan dan keseluruhan yang utuh. Manusia dalam masyarakat yang teratur dan tertib itu berada dalam suatu integrasi. Menurut Dniyarkara SY integrasi semacam ini dapat berarti dalam arti sosiologis dan psikologis, sebab manusia yang berada dalam integrasi itu merasa aman, tenang dan bahagia. Integrasi semacam ini terdapat dalam masyanakat kecil maupun besar, seperti keluarga, desa dan Negara.
Individu selalu mencari berbagai macam lingkungannya tetapi lingkungan yang pertama kali akan di temuai oleh individu adalah lingkungan keluarga, karena lingkungan keluarga merupan suatu aspek bagi individu untuk dapat mengembangkan kemampuan atau kapasitasnya .didalam lingkungan keluarga secara tidak langsung individu telah bersentuhan langsung dengan berbagai aspek sosial. Dan sementara itu di dalam lingkungan masyarakat merupakan aspek lanjutan dari lingkungan keluarga ,lingkungan masyarakat sangat luas sehingga individu dapat mengekspresikan sesuatunya yang sudah di pelajari di lingkungan keluarga.
Individu belum bisa dikatakan sebagai individu apabila dia belum dibudayakan. Artinya hanya individu yang mampu mengembangkan potensinya sebagai individulah yang bisa disebut individu. Untuk mengembangkan potensi kemanusiaannya ini atau untuk menjadi berbudaya dibutuhkan media keluarga dan masyarakat.ini merupakan pendapat-pandapat dari Spencer, Pareto, Ward, Comte, Durkheim, Summer, dan Weber. Individu adalah mahkluk perseorangan yang terdiri dari atau terbentuk dari tiga aspek, yaitu aspek organis jasmaniah, psikis rohaniah, dan sosial. Dan untuk membentuk ketiga aspek tersebut manusia harus menjalankan sejumlah bentuk sosilisasi dan itulah yang dapat membentuk ketiga aspek tersebut.
Salah satu bentuk sosialisasi adalah pola pengasuhan anak di dalam keluarga, mengingat salah satu fungsi keluarga adalah sebagai media transmisi atas nilai, norma dan simbol yang dianut masyarakat kepada anggotanya yang baru. Di masyarakat terdapat berbagai bentuk keluarga di mana dalam proses pengorganisasiannya mempunyai latar belakang maksud dan tujuannya sendiri.
Pranata keluarga ini bukanlah merupakan fenomena yang tetap melainkan sebuah fenomena yang berubah, karena di dalam pranata keluarga ini terjadi sejumlah krisis. Krisis tersebut oleh sebagian kalangan dikhawatirkan akan meruntuhkan pranata keluarga ini. Akan tetapi bagi kalangan yang lain apa pun krisis yang terjadi, pranata keluarga ini akan tetap survive.

2.3.2 Kehidupan Sosial Keluarga
Aspek individu, keluarga, masyarakat dan kebudayaan adalah aspek-aspek sosial yang tidak bisa dipisahkan. Semua itu mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Jika tidak ada individu maka tidak akan terciptanya keluarga dan masyarakat .individu tidak bias berjalan sendiri tanpa adanya keluarga dan masyarakat karena keluarga dan masyarakat merupakan media untuk mengekspresikan aspek sosialnya.
Dalam ilmu sosial individu merupakan bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Umpama keluarga sebagai kelompok sosial yang terkecil terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah merupakan individu yang sudah tidak dapat dibagi lagi, demikian pula Ibu. Anak masih dapat dibagi sebab dalam suatu keluarga jumlah anak dapat lebih dari satu. Di dalam kehidupan berkeluarga, sosialisasi yang baik sangat diperlukan dalam mempertahankan keharmonisan hubungan di dalam keluarga.
Keluarga merupakan sebagai lingkungan utama dalam membentuk kepribadian anggota di dalam keluarga tersebut. Keluarga sebagai media pembinaan anggotanya dalam melakukan hal-hal yang berhubungan dengan sosial. Pembinaan yang baik akan menciptakan kehidupan keluarga yang baik di dalam lingkungan kemasyarakatan.
Hubungan yang harmonis di dalam keluarga sangat penting agar dapat membentuk pribadi yang baik, karena apapun yang terjadi di dalam keluarga akan berpengaruh besar kepada tiap-tiap anggota keluarga yang termasuk di dalamnya. Sebagaimana Individu tidak akan bisa berjalan sendiri tanpa adanya keluarga sebagai media untuk mengekspresikan segala hal yang berhubungan dengan masalah-masalah sosial.

2.3.3 Kehidupan Sosial Masyarakat
Hubungan di lingkungan masyarakat yang terjalin dengan baik merupakan hasil dari hubungan yang baik antara individu dengan individu dan di dalam hubungan keluarga. Sama seperti keluarga, masyarakat merupakan media untuk mengekspresikan segala hal yang berhubungan dengan masalah-masalah sosial. Individu pun tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa adanya masyarakat.
Masyarakat adalah sekumpulan individu yang mengadakan kesepakatan bersama untuk secara bersama-sama mengelola kehidupan. Terdapat berbagai alasan mengapa individu-individu tersebut mengadakan kesepakatan untuk membentuk kehidupan bersama. Alasan-alasan tersebut meliputi alasan biologis, psikologis, dan sosial.
Pembentukan kehidupan bersama itu sendiri melalui beberapa tahapan yaitu interaksi, adaptasi, pengorganisasian tingkah laku, dan terbentuknya perasaan kelompok. Setelah melewati tahapan tersebut, maka terbentuklah apa yang dinamakan masyarakat yang bentuknya antara lain adalah masyarakat pemburu dan peramu, peternak, holtikultura, petani, dan industri.
Di dalam tubuh masyarakat itu sendiri terdapat unsur-unsur persekutuan sosial, pengendalian sosial, media sosial, dan ukuran sosial. Pengendalian sosial di dalam masyarakat dilakukan melalui beberapa cara yang pada dasarnya bertujuan untuk mengontrol tingkah laku warga masyarakat agar tidak menyeleweng dari apa yang telah disepakati bersama. Walupun demikian, tidak berarti bahwa apa yang telah disepakati bersama tersebut tidak pernah berubah. Elemen-elemen di dalam tubuh masyarakat selalu berubah dimana cakupannya bisa bersifat mikro maupun makro.
Apa yang menjadi kesepakatan bersama warga masyarakat adalah kebudayaan, yang antara lain diartikan sebagai pola-pola kehidupan di dalam komunitas. Kebudayaan di sini dimengerti sebagai fenomena yang dapat diamati yang wujud kebudayaannya adalah sebagai suatu sistem sosial yang terdiri dari serangkaian tindakan yang berpola yang bertujuan untuk memenuhi keperluan hidup. Serangkaian tindakan berpola atau kebudayaan dimiliki individu melalui proses belajar yang terdiri dari proses internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi.
Hubungan antara masyarakat dan individu dapat digambarkan sebagai kutub positif dan kutub negatif pada aliran listrik. Jika dua kutub itu dihubungkan listrik ia akan mampu memberi kekuatan baginya dan menimbulkan suasana yang cerah. Jika individu dan masyarakat dipersatukan maka kehidupan individu dan masyarakat akan lebih bergairah dan suasana kehidupan individu dan kehidupan masyarakat akan lebih bermakna dan hidup serta bergairrah.
Dapat disimpulkan bahwa hubungan individu dan masyarakat menurut paham individualistis adalah bahwa dalam kehidupan seorang individu kepentingan dan kebutuhan individu yang lebih penting dan pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Individu yang menentukan corak masyarakat yang dinginkan. Masyarakat harus melayani kepentmgan individu. Individu mempunyai hak yang mutlak dan tidak boleh dirampas oleh masyarakat demi kepentingan umum.
Paham individualisme juga disebut Atomisme. Atomisme berpendapat bahwa hubungan antara individu itu seperti hubungan antar atom-atom yang membentuk molekul-molekul. Oleh karena itu hubungan in bersifat lahiriah. Bukan kesatuan yang penting tetapi keaneka ragaman yang penting dalam masyarakat. Pandangan individualistis ini yang otomistis ini berakar pada nominalisme suatu aliran filsafat yang menyatakan bahwa konsep-konsep umum itu tidak mewakili realitas dari sesuatu hal. Yang menjadi realitas itu individu. Realitas masyarakat itu ada karena individu itu ada. Jika individu tidak ada maka masyarakat itu tidak ada. Jadi adanya individu itu tidak tergantung pada adanya masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa semua itu mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Jika tidak ada individu maka tidak akan terciptanya keluarga dan masyarakat. Individu tidak bisa berjalan sendiri tanpa adanya keluarga dan masyarakat karena keluarga dan masyarakat merupakan media untuk mengekspresikan aspek sosialnya. Dalam ilmu sosial individu merupakan bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Umpama keluarga sebagai kelompok sosial yang terkecil terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah merupakan individu yang sudah tidak dapat dibagi lagi, demikian pula Ibu. Anak masih dapat dibagi sebab dalam suatu keluarga jumlah anak dapat lebih dari satu.