1.
PENGERTIAN ESAI
Esai adalah
karangan prosa yang
mengupas secara sepintas namun akurat, padat, dan berisi mengenai masalah
kesusastraan, seni, dan budaya dari sudut pandang penulisnya secara subjektif.
Pengarang esai disebut esais. Esai
sebagai satu bentuk karangan dapat bersifat informal dan formal. Esai informal
mempergunakan bahasa percakapan, dengan bentuk sapaan “saya” dan seolah-olah ia
berbicara langsung dengan pembacanya. Adapun esai yang formal pendekatannya
serius. Pengarang mempergunakan semua persyaratan penulisan.
2. TIPE-TIPE ESAI
Ada enam tipe esai, yaitu :
- Esai Deskriptif. Esai jenis ini dapat meluliskan subjek atau objek apa saja yang dapat menarik perhatian pengarang. Ia bisa mendeskripsikan sebuah rumah, sepatu, tempat rekreasi dan sebagainya.
- Esai Tajuk. Esai jenis ini dapat dilihat dalam surat kabar dan majalah. Esai ini mempunyai satu fungsi khusus, yaitu menggambarkan pandangan dan sikap surat kabar/majalah tersebut terhadap satu topik dan isyu dalam masyarakat. Dengan Esai tajuk, surat kabar tersebut membentuk opini pembaca. Tajuk surat kabar tidak perlu disertai dengan nama penulis.
- Esai Cukilan Watak. Esai ini memperbolehkan seorang penulis membeberkan beberapa segi dari kehidupan individual seseorang kepada para pembaca. Lewat cukilan watak itu pembaca dapat mengetahui sikap penulis terhadap tipe pribadi yang dibeberkan. Disini penulis tidak menuliskan biografi. Ia hanya memilih bagian-bagian yang utama dari kehidupan dan watak pribadi tersebut.
- Esai Pribadi, hampir sama dengan esai cukilan watak. Akan tetapi esai pribadi ditulis sendiri oleh pribadi tersebut tentang dirinya sendiri. Penulis akan menyatakan “Saya adalah saya. Saya akan menceritakan kepada saudara hidup saya dan pandangan saya tentang hidup”. Ia membuka tabir tentang dirinya sendiri.
- Esai Reflektif. Esai reflektif ditulis secara formal dengan nada serius. Penulis mengungkapkan dengan dalam, sungguh-sungguh, dan hati-hati beberapa topik yang penting berhubungan dengan hidup, misalnya kematian, politik, pendidikan, dan hakikat manusiawi. Esai ini ditujukan kepada para cendekiawan.
- Esai Kritik. Dalam esai kritik penulis memusatkan diri pada uraian tentang seni, misalnya, lukisan, tarian, pahat, patung, teater, kesusasteraan. Esai kritik bisa ditulis tentang seni tradisional, pekerjaan seorang seniman pada masa lampau, tentang seni kontemporer. Esai ini membangkitkan kesadaran pembaca tentang pikiran dan perasaan penulis tentang karya seni. Kritik yang menyangkut karya sastra disebut kritik sastra.
3.
BAGIAN ESAI
Sebuah esai
dasar bisa dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
- Pertama, pendahuluan yang berisi latar belakang informasi yang mengidentifikasi subyek bahasan dan pengantar tentang subyek yang akan dinilai oleh si penulis tersebut.
- Kedua, tubuh esai yang menyajikan seluruh informasi tentang subyek.
- Ketiga, adalah bagian akhir yang memberikan kesimpulan dengan menyebutkan kembali ide pokok, ringkasan dari tubuh esai, atau menambahkan beberapa observasi tentang subyek yang dinilai oleh si penulis.
Ø Berbentuk prosa, artinya dalam
bentuk komunikasi biasa, menghindarkan penggunaan bahasa dan ungkapan
figuratif.
Ø Singkat, maksudnya dapat dibaca
dengan santai dalam waktu dua jam.
Ø Memiliki gaya pembeda. Seorang
penulis esai yang baik akan membawa ciri dan gaya yang khas, yang membedakan
tulisannya dengan gaya penulis lain.
Ø Selalu tidak utuh, artinya penulis
memilih segi-segi yang penting dan menarik dari objek dan subjek yang hendak
ditulis. Penulis memilih aspek tertentu saja untuk disampaikan kepada para
pembaca.
Ø Memenuhi keutuhan penulisan.
Walaupun esai adalah tulisan yang tidak utuh, namun harus memiliki kesatuan,
dan memenuhi syarat-syarat penulisan, mulai dari pendahuluan, pengembangan
sampai ke pengakhiran. Di dalamnya terdapat koherensi dan kesimpulan yang
logis. Penulis harus mengemukakan argumennya dan tidak membiarkan pembaca
tergantung di awang-awang.
Ø Mempunyai nada pribadi atau bersifat
personal, yang membedakan esai dengan jenis karya sastra yang lain adalah ciri
personal. Ciri personal dalam penulisan esai adalah pengungkapan penulis
sendiri tentang kediriannya, pandangannya, sikapnya, pikirannya, dan dugaannya
kepada pembaca.
5.
JENIS-JENIS ESAI
A.
Esai Ekspositori
Fungsi utama esai ekspositori adalah untuk
menjelaskan/menginformasikan atau untuk memperkenalkan pembaca dengan sesuatu
hal. Esai ini dapat digunakan untuk melukiskan sesuatu, menghadirkan
informasi, atau menjelaskan suatu persoalan secara gamblang dan terperinci.
Menulis esai ekspositori yang efektif memerlukan persiapan dan riset yang
memadai yang akan membekali penulis dengan fakta dan informasi yang relevan
untuk disampaikan kepada pembaca. Esai ekspositori memerlukan pemahaman yang
sangat baik akan topik yang ditulis. Karena itu, esai jenis ini sering ditugaskan
para profesor dan guru saat mereka ingin menguji atau mengecek pemahaman
siswa/mahasiswa mereka tentang suatu hal. Umumnya, esai ini terdiri atas lima
paragraf dengan satu paragraf pendahuluan, tiga paragraf isi, dan satu paragraf
penutup. Kadang guru meminta siswa menulis esai ekspositori yang lebih panjang.
Seberapa pun panjangnya, sebuah esai harus memuat paragraf pendahuluan dan
kesimpulan, jumlah paragraf dalam tubuh esai bisa bervariasi.
B.
Esai Persuasi
Esai jenis ini tidak hanya memerlukan pembuktian yang
meyakinkan atas gagasan yang disampaikan tetapi juga harus didasarkan atas
penjelasan yang logis dan memiliki landasan yang kuat. Tugas utama
penulis adalah membuat pembaca yakin bahwa penulis menyampaikan pandangan yang
benar. Untuk menulis esai persuasi, sangatlah penting untuk menyiapkan terlebih
dahulu dengan melakukan keberpihakan atas suatu persoalan, menyikapi suatu
kasus, mengantisipasi argument, dan mencari cara bagaimana mematahkan argumen
yang bertentangan dengan argument penulis. Penulis harus memahami argumen pihak
lain dan menyikapinya secara jujur. Menolak mentah-mentah argumen pihak lain
justru akan melemahkan argumen kita. Cara yang terbaik adalah mengambil sikap
keberpihakan yang penulis yakini sebagai pihak yang benar yang memiliki
bukti-bukti pendukung yang paling banyak.
C.
Esai Informal
Esai informal adalah salah stau jenis esai yang
ditulis demi hiburan. Ini tidak berarti bahwa esai jenis ini tidak
bersifat informatif. Namun penyajian gagasannya disampaikan secara
informal dengan pernyataan gagasan yang lebih rileks, penggambaran masalah
melalui observasi, dan sering kali diselingi humor. Sebuah esai informal yang
baik memiliki gaya yang populer namun tetap mengikuti struktur esai yang baik
meskipun tidak terlalu kaku seperti esai formal atau akademis. Esai informal
juga cenderung lebih personal sifatnya dan lebih banyak mengungkap
pandangan-pandangan subjektif. Dalam esai formal, penulis hadir secara
diam-diam dalam wujud kata-kata; sedangkan dalam esai informal, penulis sepertinya
berbicara langsung kepada pembaca. Ketiak menulis esai informal, cobalah untuk
menghadirkan suasana personal dalam tulisan. Tidak perlu khawatir untuk
kedengaran terlalu akademis. Yang penting hindari kecerobohan dalam
menyampaikan gagasan.
D.
Esai Tinjauan
Sebuah tinjauan bisa bersifat formal atau informal,
tergantung konteksnya. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi suatu karya,
misalnya novel atau filem. Ini berarti pendapat personal penulis berperan
penting dalam proses penulisan. Di samping derajat subjektifitas, standar
objektif perlu ditetapkan untuk memberikan tinjauan atas sebuah karya. Tingkat
formalitas sebuah tinjauan ditentukan oleh seberapa banyak berupa analisis,
sebarapa banyak berupa ringkasan, dan seberapa banyak reaksi penulis atas karya
yang dia tinjau. Sebuath tinjauan yang lebih formal tidak hanya membahas karya
yang ditinjau saja melainkan juga menempatkan karya tersebut dalam konteks yang
sesuai. Tinjauan yang dimuat di surat kabar atau majalah popular cenderung
meninjau suatu karya dalam hal keuangan. Misalnya, apakah buku ini perlu dibeli
atau apakah filem ini layak untuk ditonton? Sedangkan tinjauan yang dimuat
dalam jurnal yang lebih kritis akan mencoba menelaah apakah novel baru ini
berhasil mencapai sesuatu yang baru dan menggapai hasil yang signifikan. Sebuah
tinjauan yang baik akan membahas kedua hal ini dan mengupasnya secara mendalam.
E.
Esai Riset
Esai jenis ini menuntun Anda menelusuri karya-karya
atau tulisan-tulisan orang lain dan meminta Anda untuk membandingkan pemikiran
mereka dengan pemikiran Anda. Menulis esai riset melibatkan Anda untuk mencari
sumber-sumber yang relevan dan melakukan sintesa atas temuan-temuan yang Anda
dapatkan dari berbagai sumber tulisan. Temuan dan gagasan yang Anda dapatkan
ini kemudian dibandingkan dengan gagasan yang Anda miliki. Anda harus
mendapatkan teks atau tulisan mengenai subjek yang Anda akan tulis dan
menggunakan gagasan yang didapatkan untuk mendukung topik yang Anda akan tulis.
Karena begitu mudah tenggelam dalam berbagai tulisan yang begitu banyak
didapatkan, Anda harus sangat berhati-hati dalam membatasi topik yang akan
ditulis. Dalam hal ini Anda harus melakukan klasifikasi dan memilah-milah
informasi mana yang valid dan handal unutk mendukung gagasan atau topik yang
Anda tulis. Bahaya yang paling sering terjadi dalam penulisan esai jenis ini
adalah penjiplakan (plagiarism). Jika esai Anda lebih banyak berupa kutipan
atau parafrase ketimbang gagasan asli Anda, Anda tidak melakukan sintesa tetapi
hanya mengkopi gagasan orang lain. Dosen atau guru akan memberi nilai yang
rendah untuk esai yang lebih banyak berupa kutipan atau parafrase. Apalagi jika
kutipan atau parafrase ini tidak menyertakan sumber dari mana mereka
didapatkan, tulisan ini tergolong sebagai plagiat dan harus dimasukkan ke tong
sampah.
F.
Esai Literatur
Dalam esai jenis ini, Anda melakukan eksplorasi dan
melakukan konstruksi atas makna dari sebuah karya sastra. Tulisan ini jelas
lebih rumit dari pada sekedar tinjauan meskipun keduanya bermaksud untuk
memberikan evaluasi atas sebuah karya. Esai literatur lebih condong memberikan
komentar atau opini Anda atas karya literatur yang ditinjau dengan memfokuskan
pada aspek-aspek tertentu yang lebih spesifik. Esai literatur menitikberatkan
pada pembahasan mengenai bangunan karya sastra yang dibahas seperti: struktur,
karakter dan karaketerisasi, tema, gaya penulisan, nada dan suasana, dan
keunggulan khusus dari kari karya yang dibahas. Tulisan harus membahas
bagaimana karya ini menjelaskan atau menyinggung suatu persoalan tertentu
dengan memakai sudut pandang tertentu dan bagaimana detil-detil karya ini
mendukung sudut pandang tersebut. Anda harus mengambil sudut pandang tertentu
terhadap karya ini dan mempertanyakan esensi dari tema yang dibahas dan
menemukan bagaimana dan mengapa detil-detil karya ini mendukung sudut pandang
Anda. Sebuah esai literatur bisa jadi merupakan interpretasi yang Anda
simpulkan yang hanya didasarkan atas membaca karya sastra tersebut. Esai
literatur juga bisa berupa percampuran pedapat dan interpretasi Anda sendiri
dan kritik-kritik yang ditulis oleh orang lain. Sekali lagi, waspada terhadap
penjiplakan karena mengutip pandangan para kritikus sastra tanpa menyebutkan
sumbernya.
G.
Esai Argumentasi
Seni menulis esai argumentasi tidak mudah didapatkan.
Banyak orang mungkin berpikir bahwa jika sesorang menyatakan pendapat, dia
dapat memberikan argumen secara efektif. Kenyataannya, orang-orang semacam ini
sering terkejut ketika orang lain tidak sependapat dengan mereka karena logika
yang nampaknya kurang meyakinkan. Tambahan pula, penulis argumentasi sering
lupa bahwa tujuan utama dalam menyampaikan argumen adalah memenangkan/merebut
hati dan pikiran pembaca. Mudah sekali menyebut nama, mengabaikan pandangan
penulis lain yang didapat dari riset, mudah menerima argumen penulis lain dan
menganggapnya sebagai ajaran suci, dan bahkan lalai untuk mengecek landasan
argumennya yang dalam beberapa tahun belakangan sering dipertanyakan
kebenarannya. Hal semacam ini sering terjadi pada para penulis argumentasi
pemula.
Untuk menjadi penulis esai argumentasi yang handal,
Anda harus menjadi ahli di bidang yang Anda tulis. Ketika Anda memilih topik,
hindari menulis persoalan yang tidak mungkin dapat Anda menangkan, betapa pun
kuat perasaan dan hasrat Anda untuk menulis topik atau persoalan tersebut. Lima
topik terpopuler sepanjang waktu meliputi kepemilikan senjata api untuk warga
sipil, aborsi, hukuman mati, kebebasan berbicara, dan euthanasia atau
hak untuk mengakhiri hidup. Jika memungkinkan, hindari menulis kelima topik ini
karena Anda tidak mungkin akan dapat memenangkan hati dan pikiran pembaca
karena telah begitu banyak ahli dan praktisi yang menulis tentang kelima topik
ini. Sebagai pemula, Anda hanya akan menjadi pengekor dan pengikut saja.
Pilihlah topik-topik yang sedang hangat dibicarakan namun belum banyak ditulis
orang. Dengan begitu, tulisan Anda akan menjadi rujukan awal dari suatu
persoalan yang menyita perhatian publik. Karena itulah, esai argumentasi
menjadi esai ajuan bagi para editor surat kabar untuk dimuat di halaman atau
rubrik opini mereka.
H. Esai Sebab-Akibat
Esai sebab-akibat menyertakan beberapa elemen
penulisan yang dianggap lebih bergengsi ketimbang esai deskripsi atau narasi.
Yang perlu diperhatikan ketika menulis esai jenis ini adalah nada esai yang
harus dijaga untuk selalu kedengaran masuk akal dan bahwa apa yang Anda sajikan
dalam esai merujuk pada fakta dan dapat dipercaya. Sumber-sumber yang mendukung
sering diperlukan dan pilihan atas sumber-sumber yang handal juga merupakan
seni tersendiri karena mereka akan merefleksikan kesahihan esai Anda. Jangan
pernah menggunakan sudut pandang orang pertama (persona saya). Esai
sebab-akibat harus objektif dan tidak memihak (imparsial). Perhatikan contoh
sudut pandang yang lemah berikut:
1. Saya kira
aborsi harus dilarang di bumi Indonesia.
Pemihakan dan penggunaan kata “saya” dalam argumen di atas kurang objektif.
Jauh lebih baik kalau kita menuliskannya secara langsung dan tidak memihak,
menjadi:
2. Aborsi
harus dilarang di bumi Indonesia.
Kalimat 1 menggunakan sudut pandang orang pertama (saya). Kalimat seperti
ini memberi kesan pandangan penulis yang lemah dan lebih cocok digunakan dalam
esai narasi. Kalimat 2 jauh lebih berdaya dan pernyataannya tidak hanya
membatasi pandangan penulis, tetapi juga mewakili pandangan pembaca. Tujuan
esai sebab-akibat adalah untuk meyakinkan pembaca bahwa segala sesuatu ada
sebabnya atau bahwa peristiwa satu mempengaruhi peristiwa lainnya.
I.
Esai Perbandingan
Tujuan dan fungsi utama esai perbandingan adalah jelas
– menemukan persamaan dan perbedaan antara dua objek yang diperbandingkan.
Jenis esai ini menyaratkan penulisnya sebagai seorang pengamat. Dalam banyak
kasus, penulis esai perbandingan tidak harus seorang pakar atau sarjana yang
tahu persis akan objek yang ditulisnya. Esai ini juga tidak mengharuskan
perlunya referensi yang bersifat akademis. Esai perbandingan pada umumnya
bersifat subjektif dan penulisnya diminta untuk memunculkan perbedaan atau
persamaan yang signifikan dari objek yang ia tulis agar dapat dijabarkan dan
dianalisis dalam tulisan. Meskipun terdapat penekanan yang berbeda ketika
penulis menitikberatkan pada perbedaan atau persamaan dari objek yang dia
tulis, pola penulisan esainya tetap sama, yaitu diawali dengan satu paragraf
pendahuluan, beberapa paragraf isi (tubuh esai), dan satu paragraf penutup.
Ketika menulis esai jenis ini, jangan lupa untuk menggunakan ungkapan-ungkapan
bahasa yang menjadi cirikhas dari esai ini. Ungkapan-ungkapan spesifik yang
cocok digunakan untuk penulisan esai ini dapat membantu memperjelas tujuan
penulisan esai. Misalnya, Anda dapat menggunakan ungkapan “di lain pihak”,
“sebaliknya”, demikian pula”, “sama halnya dengan”, “dibandingkan dengan”,
“tidak seperti”, “meskipun demikian”, dan lain-lain. Ungkapan-ungkapan ini akan
membuat gagasan yang Anda sampaikan menjadi melekat dan menyatu dalam satu
kesatuan pandangan, sehingga secara otomatis membuat esai Anda semakin
meyakinkan.
6.
CONTOH ESAI
v
Esai Perbandingan
TV LCD dan TV Plasma
Saat ini kita hidup di dunia yang penuh dengan
pilihan. Setiap hari, kita dihadapkan pada berbagai kesempatan untuk memilih
segala hal yang kita butuhkan. Nyatanya, kita tidak selalu memilih secara
sadar. Kita sering terperangkap oleh tipuan iklan dan membeli sesuatu yang
tidak kita butuhkan. Kadang kita tidak memilih yang terbaik bagi diri kita.
Namun, ketika Anda ingin memilih berdasarkan fakta dan alasan-alasan yang
rasional, Anda perlu menganalisis dan membandingkan secara cermat setiap barang
atas dasar kriteria yang Anda nilai. Saat ini, kita mencoba untuk melakukan
sesuatu yang persis Anda lakukan ketika memilih sesuatu yang sederhana seperti
membeli televisi. Kita akan membandingkan dua jenis TV yang popular di pasar
antara TV LCD dan TV plasma. Saat memasuki toko elektronik atau department
store, banyak orang bertanya apakah TV LCD lebih baik ketimbang TV plasma atau
sebaliknya? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu membandingkan kedua
produk ini berdasarkan pada kriteria-kriteria tehnis.
Pertama, mari kita lihat perbedaan tehnis antara TV
LCD dan TV plasma. Dari mata orang awam, kedua jenis TV ini tampak serupa.
Namun, sepasang mata yang seawas elang akan mendapati perbedaan di
antaranya. Perbedaan ini memungkinkan konsumen untuk menentukan
pilihannya berdasarkan atas persyaratan-persyaratan tertentu yang mereka
tetapkan. Layar display TV plasma terdiri atas dua panel kaca yang
dipaketkan ke dalam ruang kompartmen dengan banyak sel plasma kecil.
Sel-sel plasma umumnya disetel pada tingkat voltase listrik yang persis sama.
Sebaliknya, layar display TV LCD terdiri atas kristal-kristal cair yang
umumnya dihubungkan dengan dua panel kaca. Layar-layar display ini kemudian
ditingkatkan dengan memanfaatkan voltase listrik pada panel TV LCD. Sebagai
akibat dari perbedaan tehnis ini, kita dapat menyimpulkan bahwa TV plasma lebih
baik dibandingkan TV LCD kalau dikaitkan dengan masalah pencahayaan. Banyak
pemirsa juga mengatakan bahwa layar TV plasma memberikan tontonan warna hitam
yang lebih baik ketimbang layar LCD. Tambahan pula, TV plasma memberikan sudut
pandangan yang lebih baik.
Kriteria penting lain yang perlu dipertimbangkan
ketika kita membandingkan dua produk yang kita gunakan setiap hari adalah
jangkauan harga. Harga dari TV apa pun tergantung pada ukuran diameter TV dan
model konfigurasi TV yang bagus. Seseorang bisa saja membelanjakan sampai
jutaan dolar demi sebuah TV yang dirancang dan disesuaikan dengan interior
rumah mereka secara eksklusif. Namun, ketika kita bermaksud membandingkan dua
produk berdasarkan harganya, kita pelu memilih dua produk konsumen yang
berukuran sama, buatan pabrik, dan diproduksi secara masal. Rata-rata harga TV
plasma lebih murah ketimbang TV LCD. Ini berkaitan dengan fakta bahwa TV
plasma lebih murah dirakit sehingga harganya menjadi lebih murah juga.
Maka, kriteria harga sekali lagi berpihak pada TV plasma. Di saat yang
sama ketika mempertimbangkan faktor harga, kita harus memahami perubahan
zaman. Karena TV LCD merupakan temuan tehnologi yang terkini ketimbang plasma,
ada kemungkinan bahwa harga TV LCD akan turun di masa depan karena kemajuan
tehnologi menawarkan kita alternatif-alternatif baru.
Di saat yang sama, adalah logis kalau kita berasumsi
bahwa TV LCD akan juga memiliki keunggulan yang menjadikannya sukses
berkompotesi dengan TV plasma di rak-rak toko dan di bagian barang-barang rumah
tangga. Satu keunggulan yang demikian dari TV LCD adalah jangka waktu hidupnya.
TV LCD memiliki jangka waktu hidup yang lebih lama disbanding TV plasma dan
juga memiliki resolusi layar yang unggul. Faktor ini menjadi penentu bagi orang
untuk memilih TV LCD ketimbang TV plasma, terutama bagi konsumen yang suka
memainkan video games dengan resulusi tinggi pada TV mereka. Namun
demikian, ini bukan masalah penting bagi sebagian besar pemirsa TV karena TV plasma
pun mampu menjalankan tugas-tugas yang dilakukan TV biasa tanpa adanya
ketidaksempurnaan bagi pemirsanya.
Akhirnya, tehnologi tidak begitu berarti ketika
menyangkut hal untuk memperoleh perangkat rumah tangga yang demikian populer
seperti TV. Pada akhirnya, kehandalan dan keamanan produk adalah hal utama yang
dikehendaki oleh setiap keluarga. Persoalannya bukan pada TV mana yang lebih
mahal atau TV mana yang lebih laku, tetapi pada tujuan dan kegunaan TV yang
dibeli. Dengan melihat persamaan antara TV LCD dan TV plasma, perbedaan yang
dikemukakan di atas mungkin menjadi penting ketika kegunaan, lingkungan, dan
lokasi menjadi pertimbangan utama.
Membeli TV besar dan mahal yang akan menyita
sekurang-kurangnya setengah dinding ruang keluarga Anda barangkali bukan
keputusan bijak bila di rumah ada anak-anak dan hewan piaraan namun sangat
cocok bagi seorang pengusaha muda yang tinggal di apartemen dengan tehnologi
terkini. Setiap orang harus perhatikan dua saran praktis ketika memilih jenis
TV apa yang akan dibeli. Misalnya, kalau Anda menginginkan TV yang akan
dipasang di ruang yang lebar, maka TV plasma akan lebih cocok karena TV ini
memberi sudut pandangan yang lebih baik dengan harga yang lebih murah untuk
ukuran yang lebih besar.
Perdebatan tentang jenis TV mana yang lebih baik tak
akan pernah berakhir. Pada akhirnya, persoalan ini terletak di tangan
konsumen. Karena itu, lain kali Anda akan membeli TV, jangan terkejut kalau
tetangga Anda akan mencela pilihan Anda.
Tabel 1. Perbandingan antar Jenis Esai
|
|||
Jenis
|
Nuansa
|
Referensi
|
Tujuan
|
Expositori
|
Objektif
|
Harus Ada
|
Menginformasikan
|
Persuasi
|
Objektif
|
Harus Ada
|
Membujuk
|
Esai
Informal
|
Subjektif
|
Tidak Ada
|
Mengomunikasikan
|
Esai
Tinjauan
|
Objektif/Subjektif
|
Perlu
|
Menganalisis dan Menyajikan
|
Esai Riset
|
Objektif
|
Harus Ada
|
Mengungkap
|
Esai
Literatur
|
Objektif
|
Perlu
|
Menganalisis Sastra
|
Argumentasi
|
Objektif
|
Harus Ada
|
Membuktikan
|
Sebab-Akibat
|
Objektif
|
Harus Ada
|
Membangun hubungan
|
Perbandingan
|
Objektif
|
Harus Ada
|
Menunjukkan Persamaan/Perbedaan
|
No comments:
Post a Comment