Wednesday, July 29, 2015

ESAI



ESAI


1.   PENGERTIAN ESAI
Esai adalah karangan prosa yang mengupas secara sepintas namun akurat, padat, dan berisi mengenai masalah kesusastraan, seni, dan budaya dari sudut pandang penulisnya secara subjektif.
Pengarang esai disebut esais. Esai sebagai satu bentuk karangan dapat bersifat informal dan formal. Esai informal mempergunakan bahasa percakapan, dengan bentuk sapaan “saya” dan seolah-olah ia berbicara langsung dengan pembacanya. Adapun esai yang formal pendekatannya serius. Pengarang mempergunakan semua persyaratan penulisan.

2.   TIPE-TIPE ESAI
Ada enam tipe esai, yaitu :
  • Esai Deskriptif. Esai jenis ini dapat meluliskan subjek atau objek apa saja yang dapat menarik perhatian pengarang. Ia bisa mendeskripsikan sebuah rumah, sepatu, tempat rekreasi dan sebagainya.

  • Esai Tajuk. Esai jenis ini dapat dilihat dalam surat kabar dan majalah. Esai ini mempunyai satu fungsi khusus, yaitu menggambarkan pandangan dan sikap surat kabar/majalah tersebut terhadap satu topik dan isyu dalam masyarakat. Dengan Esai tajuk, surat kabar tersebut membentuk opini pembaca. Tajuk surat kabar tidak perlu disertai dengan nama penulis.

  • Esai Cukilan Watak. Esai ini memperbolehkan seorang penulis membeberkan beberapa segi dari kehidupan individual seseorang kepada para pembaca. Lewat cukilan watak itu pembaca dapat mengetahui sikap penulis terhadap tipe pribadi yang dibeberkan. Disini penulis tidak menuliskan biografi. Ia hanya memilih bagian-bagian yang utama dari kehidupan dan watak pribadi tersebut.

  • Esai Pribadi, hampir sama dengan esai cukilan watak. Akan tetapi esai pribadi ditulis sendiri oleh pribadi tersebut tentang dirinya sendiri. Penulis akan menyatakan “Saya adalah saya. Saya akan menceritakan kepada saudara hidup saya dan pandangan saya tentang hidup”. Ia membuka tabir tentang dirinya sendiri.

  • Esai Reflektif. Esai reflektif ditulis secara formal dengan nada serius. Penulis mengungkapkan dengan dalam, sungguh-sungguh, dan hati-hati beberapa topik yang penting berhubungan dengan hidup, misalnya kematian, politik, pendidikan, dan hakikat manusiawi. Esai ini ditujukan kepada para cendekiawan.

  • Esai Kritik. Dalam esai kritik penulis memusatkan diri pada uraian tentang seni, misalnya, lukisan, tarian, pahat, patung, teater, kesusasteraan. Esai kritik bisa ditulis tentang seni tradisional, pekerjaan seorang seniman pada masa lampau, tentang seni kontemporer. Esai ini membangkitkan kesadaran pembaca tentang pikiran dan perasaan penulis tentang karya seni. Kritik yang menyangkut karya sastra disebut kritik sastra.

3.   BAGIAN ESAI
Sebuah esai dasar bisa dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
  • Pertama, pendahuluan yang berisi latar belakang informasi yang mengidentifikasi subyek bahasan dan pengantar tentang subyek yang akan dinilai oleh si penulis tersebut.
  • Kedua, tubuh esai yang menyajikan seluruh informasi tentang subyek.
  • Ketiga, adalah bagian akhir yang memberikan kesimpulan dengan menyebutkan kembali ide pokok, ringkasan dari tubuh esai, atau menambahkan beberapa observasi tentang subyek yang dinilai oleh si penulis.

Ø  Berbentuk prosa, artinya dalam bentuk komunikasi biasa, menghindarkan penggunaan bahasa dan ungkapan figuratif.
Ø  Singkat, maksudnya dapat dibaca dengan santai dalam waktu dua jam.
Ø  Memiliki gaya pembeda. Seorang penulis esai yang baik akan membawa ciri dan gaya yang khas, yang membedakan tulisannya dengan gaya penulis lain.
Ø  Selalu tidak utuh, artinya penulis memilih segi-segi yang penting dan menarik dari objek dan subjek yang hendak ditulis. Penulis memilih aspek tertentu saja untuk disampaikan kepada para pembaca.
Ø  Memenuhi keutuhan penulisan. Walaupun esai adalah tulisan yang tidak utuh, namun harus memiliki kesatuan, dan memenuhi syarat-syarat penulisan, mulai dari pendahuluan, pengembangan sampai ke pengakhiran. Di dalamnya terdapat koherensi dan kesimpulan yang logis. Penulis harus mengemukakan argumennya dan tidak membiarkan pembaca tergantung di awang-awang.
Ø  Mempunyai nada pribadi atau bersifat personal, yang membedakan esai dengan jenis karya sastra yang lain adalah ciri personal. Ciri personal dalam penulisan esai adalah pengungkapan penulis sendiri tentang kediriannya, pandangannya, sikapnya, pikirannya, dan dugaannya kepada pembaca.

5.   JENIS-JENIS ESAI
A.    Esai Ekspositori
Fungsi utama esai ekspositori adalah untuk menjelaskan/menginformasikan atau untuk memperkenalkan pembaca dengan sesuatu hal.  Esai ini dapat digunakan untuk melukiskan sesuatu, menghadirkan informasi, atau menjelaskan suatu persoalan secara gamblang dan terperinci. Menulis esai ekspositori yang efektif memerlukan persiapan dan riset yang memadai yang akan membekali penulis dengan fakta dan informasi yang relevan untuk disampaikan kepada pembaca. Esai ekspositori memerlukan pemahaman yang sangat baik akan topik yang ditulis. Karena itu, esai jenis ini sering ditugaskan para profesor dan guru saat mereka ingin menguji atau mengecek pemahaman siswa/mahasiswa mereka tentang suatu hal. Umumnya, esai ini terdiri atas lima paragraf dengan satu paragraf pendahuluan, tiga paragraf isi, dan satu paragraf penutup. Kadang guru meminta siswa menulis esai ekspositori yang lebih panjang. Seberapa pun panjangnya, sebuah esai harus memuat paragraf pendahuluan dan kesimpulan, jumlah paragraf dalam tubuh esai bisa bervariasi.

B.     Esai Persuasi
Esai jenis ini tidak hanya memerlukan pembuktian yang meyakinkan atas gagasan yang disampaikan tetapi juga harus didasarkan atas penjelasan yang logis dan  memiliki landasan yang kuat. Tugas utama penulis adalah membuat pembaca yakin bahwa penulis menyampaikan pandangan yang benar. Untuk menulis esai persuasi, sangatlah penting untuk menyiapkan terlebih dahulu dengan melakukan keberpihakan atas suatu persoalan, menyikapi suatu kasus, mengantisipasi argument, dan mencari cara bagaimana mematahkan argumen yang bertentangan dengan argument penulis. Penulis harus memahami argumen pihak lain dan menyikapinya secara jujur. Menolak mentah-mentah argumen pihak lain justru akan melemahkan argumen kita. Cara yang terbaik adalah mengambil sikap keberpihakan yang penulis yakini sebagai pihak yang benar yang memiliki bukti-bukti pendukung yang paling banyak.

C.    Esai Informal
Esai informal adalah salah stau jenis esai yang ditulis demi hiburan.  Ini tidak berarti bahwa esai jenis ini tidak bersifat informatif. Namun  penyajian gagasannya disampaikan secara informal dengan pernyataan gagasan yang lebih rileks, penggambaran masalah melalui observasi, dan sering kali diselingi humor. Sebuah esai informal yang baik memiliki gaya yang populer namun tetap mengikuti struktur esai yang baik meskipun tidak terlalu kaku seperti esai formal atau akademis. Esai informal juga cenderung lebih personal sifatnya dan lebih banyak mengungkap pandangan-pandangan subjektif. Dalam esai formal, penulis hadir secara diam-diam dalam wujud kata-kata; sedangkan dalam esai informal, penulis sepertinya berbicara langsung kepada pembaca. Ketiak menulis esai informal, cobalah untuk menghadirkan suasana personal dalam tulisan. Tidak perlu khawatir untuk kedengaran terlalu akademis. Yang penting hindari kecerobohan dalam menyampaikan gagasan.
  
D.    Esai Tinjauan
Sebuah tinjauan bisa bersifat formal atau informal, tergantung konteksnya. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi suatu karya, misalnya novel atau filem. Ini berarti pendapat personal penulis berperan penting dalam proses penulisan. Di samping derajat subjektifitas, standar objektif perlu ditetapkan untuk memberikan tinjauan atas sebuah karya. Tingkat formalitas sebuah tinjauan ditentukan oleh seberapa banyak berupa analisis, sebarapa banyak berupa ringkasan, dan seberapa banyak reaksi penulis atas karya yang dia tinjau. Sebuath tinjauan yang lebih formal tidak hanya membahas karya yang ditinjau saja melainkan juga menempatkan karya tersebut dalam konteks yang sesuai. Tinjauan yang dimuat di surat kabar atau majalah popular cenderung meninjau suatu karya dalam hal keuangan. Misalnya, apakah buku ini perlu dibeli atau apakah filem ini layak untuk ditonton? Sedangkan tinjauan yang dimuat dalam jurnal yang lebih kritis akan mencoba menelaah apakah novel baru ini berhasil mencapai sesuatu yang baru dan menggapai hasil yang signifikan. Sebuah tinjauan yang baik akan membahas kedua hal ini dan mengupasnya secara mendalam.

E.     Esai Riset
Esai jenis ini menuntun Anda menelusuri karya-karya atau tulisan-tulisan orang lain dan meminta Anda untuk membandingkan pemikiran mereka dengan pemikiran Anda. Menulis esai riset melibatkan Anda untuk mencari sumber-sumber yang relevan dan melakukan sintesa atas temuan-temuan yang Anda dapatkan dari berbagai sumber tulisan. Temuan dan gagasan yang Anda dapatkan ini kemudian dibandingkan dengan gagasan yang Anda miliki. Anda harus mendapatkan teks atau tulisan mengenai subjek yang Anda akan tulis dan menggunakan gagasan yang didapatkan untuk mendukung topik yang Anda akan tulis. Karena begitu mudah tenggelam dalam berbagai tulisan yang begitu banyak didapatkan, Anda harus sangat berhati-hati dalam membatasi topik yang akan ditulis. Dalam hal ini Anda harus melakukan klasifikasi dan memilah-milah informasi mana yang valid dan handal unutk mendukung gagasan atau topik yang Anda tulis. Bahaya yang paling sering terjadi dalam penulisan esai jenis ini adalah penjiplakan (plagiarism). Jika esai Anda lebih banyak berupa kutipan atau parafrase ketimbang gagasan asli Anda, Anda tidak melakukan sintesa tetapi hanya mengkopi gagasan orang lain. Dosen atau guru akan memberi nilai yang rendah untuk esai yang lebih banyak berupa kutipan atau parafrase. Apalagi jika kutipan atau parafrase ini tidak menyertakan sumber dari mana mereka didapatkan, tulisan ini tergolong sebagai plagiat dan harus dimasukkan ke tong sampah.

F.     Esai Literatur
Dalam esai jenis ini, Anda melakukan eksplorasi dan melakukan konstruksi atas makna dari sebuah karya sastra. Tulisan ini jelas lebih rumit dari pada sekedar tinjauan meskipun keduanya bermaksud untuk memberikan evaluasi atas sebuah karya. Esai literatur lebih condong memberikan komentar atau opini Anda atas karya literatur yang ditinjau dengan memfokuskan pada aspek-aspek tertentu yang lebih spesifik. Esai literatur menitikberatkan pada pembahasan mengenai bangunan karya sastra yang dibahas seperti: struktur, karakter dan karaketerisasi, tema, gaya penulisan, nada dan suasana, dan keunggulan khusus dari kari karya yang dibahas. Tulisan harus membahas bagaimana karya ini menjelaskan atau menyinggung suatu persoalan tertentu dengan memakai sudut pandang tertentu dan bagaimana detil-detil karya ini mendukung sudut pandang tersebut. Anda harus mengambil sudut pandang tertentu terhadap karya ini dan mempertanyakan esensi dari tema yang dibahas dan menemukan bagaimana dan mengapa detil-detil karya ini mendukung sudut pandang Anda. Sebuah esai literatur bisa jadi merupakan interpretasi yang Anda simpulkan yang hanya didasarkan atas membaca karya sastra tersebut. Esai literatur juga bisa berupa percampuran pedapat dan interpretasi Anda sendiri dan kritik-kritik yang ditulis oleh orang lain. Sekali lagi, waspada terhadap penjiplakan karena mengutip pandangan para kritikus sastra tanpa menyebutkan sumbernya.  

G.    Esai Argumentasi
Seni menulis esai argumentasi tidak mudah didapatkan. Banyak orang mungkin berpikir bahwa jika sesorang menyatakan pendapat, dia dapat memberikan argumen secara efektif. Kenyataannya, orang-orang semacam ini sering terkejut ketika orang lain tidak sependapat dengan mereka karena logika yang nampaknya kurang meyakinkan. Tambahan pula, penulis argumentasi sering lupa bahwa tujuan utama dalam menyampaikan argumen adalah memenangkan/merebut hati dan pikiran pembaca. Mudah sekali menyebut nama, mengabaikan pandangan penulis lain yang didapat dari riset, mudah menerima argumen penulis lain dan menganggapnya sebagai ajaran suci, dan bahkan lalai untuk mengecek landasan argumennya yang dalam beberapa tahun belakangan sering dipertanyakan kebenarannya. Hal semacam ini sering terjadi pada para penulis argumentasi pemula.
Untuk menjadi penulis esai argumentasi yang handal, Anda harus menjadi ahli di bidang yang Anda tulis. Ketika Anda memilih topik, hindari menulis persoalan yang tidak mungkin dapat Anda menangkan, betapa pun kuat perasaan dan hasrat Anda untuk menulis topik atau persoalan tersebut. Lima topik terpopuler sepanjang waktu meliputi kepemilikan senjata api untuk warga sipil, aborsi, hukuman mati, kebebasan berbicara, dan euthanasia atau hak untuk mengakhiri hidup. Jika memungkinkan, hindari menulis kelima topik ini karena Anda tidak mungkin akan dapat memenangkan hati dan pikiran pembaca karena telah begitu banyak ahli dan praktisi yang menulis tentang kelima topik ini. Sebagai pemula, Anda hanya akan menjadi pengekor dan pengikut saja. Pilihlah topik-topik yang sedang hangat dibicarakan namun belum banyak ditulis orang. Dengan begitu, tulisan Anda akan menjadi rujukan awal dari suatu persoalan yang menyita perhatian publik. Karena itulah, esai argumentasi menjadi esai ajuan bagi para editor surat kabar untuk dimuat di halaman atau rubrik opini mereka.

H.     Esai Sebab-Akibat
Esai sebab-akibat menyertakan beberapa elemen penulisan yang dianggap lebih bergengsi ketimbang esai deskripsi atau narasi. Yang perlu diperhatikan ketika menulis esai jenis ini adalah nada esai yang harus dijaga untuk selalu kedengaran masuk akal dan bahwa apa yang Anda sajikan dalam esai merujuk pada fakta dan dapat dipercaya. Sumber-sumber yang mendukung sering diperlukan dan pilihan atas sumber-sumber yang handal juga merupakan seni tersendiri karena mereka akan merefleksikan kesahihan esai Anda. Jangan pernah menggunakan sudut pandang orang pertama (persona saya). Esai sebab-akibat harus objektif dan tidak memihak (imparsial). Perhatikan contoh sudut pandang yang lemah berikut:
1. Saya kira aborsi harus dilarang di bumi Indonesia.
Pemihakan dan penggunaan kata “saya” dalam argumen di atas kurang objektif. Jauh lebih baik kalau kita menuliskannya secara langsung dan tidak memihak, menjadi:
2. Aborsi harus dilarang di bumi Indonesia.
Kalimat 1 menggunakan sudut pandang orang pertama (saya). Kalimat seperti ini memberi kesan pandangan penulis yang lemah dan lebih cocok digunakan dalam esai narasi. Kalimat 2 jauh lebih berdaya dan pernyataannya tidak hanya membatasi pandangan penulis, tetapi juga mewakili pandangan pembaca. Tujuan esai sebab-akibat adalah untuk meyakinkan pembaca bahwa segala sesuatu ada sebabnya atau bahwa peristiwa satu mempengaruhi peristiwa lainnya.



I.       Esai Perbandingan
Tujuan dan fungsi utama esai perbandingan adalah jelas – menemukan persamaan dan perbedaan antara dua objek yang diperbandingkan. Jenis esai ini menyaratkan penulisnya sebagai seorang pengamat. Dalam banyak kasus, penulis esai perbandingan tidak harus seorang pakar atau sarjana yang tahu persis akan objek yang ditulisnya. Esai ini juga tidak mengharuskan perlunya referensi yang bersifat akademis.  Esai perbandingan pada umumnya bersifat subjektif dan penulisnya diminta untuk memunculkan perbedaan atau persamaan yang signifikan dari objek yang ia tulis agar dapat dijabarkan dan dianalisis dalam tulisan. Meskipun terdapat penekanan yang berbeda ketika penulis menitikberatkan pada perbedaan atau persamaan dari objek yang dia tulis, pola penulisan esainya tetap sama, yaitu diawali dengan satu paragraf pendahuluan, beberapa paragraf isi (tubuh esai), dan satu paragraf penutup. Ketika menulis esai jenis ini, jangan lupa untuk menggunakan ungkapan-ungkapan bahasa yang menjadi cirikhas dari esai ini. Ungkapan-ungkapan spesifik yang cocok digunakan untuk penulisan esai ini dapat membantu memperjelas tujuan penulisan esai. Misalnya, Anda dapat menggunakan ungkapan “di lain pihak”, “sebaliknya”, demikian pula”, “sama halnya dengan”, “dibandingkan dengan”, “tidak seperti”, “meskipun demikian”, dan lain-lain. Ungkapan-ungkapan ini akan membuat gagasan yang Anda sampaikan menjadi melekat dan menyatu dalam satu kesatuan pandangan, sehingga secara otomatis membuat esai Anda semakin meyakinkan.

6.   CONTOH ESAI
v  Esai Perbandingan

TV LCD dan TV Plasma

Saat ini kita hidup di dunia yang penuh dengan pilihan. Setiap hari, kita dihadapkan pada berbagai kesempatan untuk memilih segala hal yang kita butuhkan. Nyatanya, kita tidak selalu memilih secara sadar. Kita sering terperangkap oleh tipuan iklan dan membeli sesuatu yang tidak kita butuhkan. Kadang kita tidak memilih yang terbaik bagi diri kita. Namun, ketika Anda ingin memilih berdasarkan fakta dan alasan-alasan yang rasional, Anda perlu menganalisis dan membandingkan secara cermat setiap barang atas dasar kriteria yang Anda nilai. Saat ini, kita mencoba untuk melakukan sesuatu yang persis Anda lakukan ketika memilih sesuatu yang sederhana seperti membeli televisi. Kita akan membandingkan dua jenis TV yang popular di pasar antara TV LCD dan TV plasma. Saat memasuki toko elektronik atau department store, banyak orang bertanya apakah TV LCD lebih baik ketimbang TV plasma atau sebaliknya? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu membandingkan kedua produk ini berdasarkan pada kriteria-kriteria tehnis.

Pertama, mari kita lihat perbedaan tehnis antara TV LCD dan TV plasma. Dari mata orang awam, kedua jenis TV ini tampak serupa. Namun, sepasang mata yang seawas elang akan mendapati perbedaan di antaranya.   Perbedaan ini memungkinkan konsumen untuk menentukan pilihannya berdasarkan atas persyaratan-persyaratan tertentu yang mereka tetapkan.  Layar display TV plasma terdiri atas dua panel kaca yang dipaketkan ke dalam ruang kompartmen dengan banyak sel plasma kecil.  Sel-sel plasma umumnya disetel pada tingkat voltase listrik yang persis sama.  Sebaliknya, layar display TV LCD terdiri atas kristal-kristal cair yang umumnya dihubungkan dengan dua panel kaca. Layar-layar display ini kemudian ditingkatkan dengan memanfaatkan voltase listrik pada panel TV LCD. Sebagai akibat dari perbedaan tehnis ini, kita dapat menyimpulkan bahwa TV plasma lebih baik dibandingkan TV LCD kalau dikaitkan dengan masalah pencahayaan. Banyak pemirsa juga mengatakan bahwa layar TV plasma memberikan tontonan warna hitam yang lebih baik ketimbang layar LCD. Tambahan pula, TV plasma memberikan sudut pandangan yang lebih baik.

Kriteria penting lain yang perlu dipertimbangkan ketika kita membandingkan dua produk yang kita gunakan setiap hari adalah jangkauan harga. Harga dari TV apa pun tergantung pada ukuran diameter TV dan model konfigurasi TV yang bagus.  Seseorang bisa saja membelanjakan sampai jutaan dolar demi sebuah TV yang dirancang dan disesuaikan dengan interior rumah mereka secara eksklusif. Namun, ketika kita bermaksud membandingkan dua produk berdasarkan harganya, kita pelu memilih dua produk konsumen yang berukuran sama, buatan pabrik, dan diproduksi secara masal. Rata-rata harga TV plasma  lebih murah ketimbang TV LCD. Ini berkaitan dengan fakta bahwa TV plasma lebih murah dirakit sehingga harganya menjadi lebih murah juga.  Maka, kriteria harga sekali lagi berpihak pada TV plasma. Di saat yang sama ketika mempertimbangkan faktor harga,  kita harus memahami perubahan zaman. Karena TV LCD merupakan temuan tehnologi yang terkini ketimbang plasma, ada kemungkinan bahwa harga TV LCD akan turun di masa depan karena kemajuan tehnologi menawarkan kita alternatif-alternatif baru.

Di saat yang sama, adalah logis kalau kita berasumsi bahwa TV LCD akan juga memiliki keunggulan yang menjadikannya sukses berkompotesi dengan TV plasma di rak-rak toko dan di bagian barang-barang rumah tangga. Satu keunggulan yang demikian dari TV LCD adalah jangka waktu hidupnya. TV LCD memiliki jangka waktu hidup yang lebih lama disbanding TV plasma dan juga memiliki resolusi layar yang unggul. Faktor ini menjadi penentu bagi orang untuk memilih TV LCD ketimbang TV plasma, terutama bagi konsumen yang suka memainkan video games dengan resulusi tinggi pada TV mereka.  Namun demikian, ini bukan masalah penting bagi sebagian besar pemirsa TV karena TV plasma pun mampu menjalankan tugas-tugas yang dilakukan TV biasa tanpa adanya ketidaksempurnaan bagi pemirsanya.

Akhirnya, tehnologi tidak begitu berarti ketika menyangkut hal untuk memperoleh perangkat rumah tangga yang demikian populer seperti TV. Pada akhirnya, kehandalan dan keamanan produk adalah hal utama yang dikehendaki oleh setiap keluarga. Persoalannya bukan pada TV mana yang lebih mahal atau TV mana yang lebih laku, tetapi pada tujuan dan kegunaan TV yang dibeli. Dengan melihat persamaan antara TV LCD dan TV plasma, perbedaan yang dikemukakan di atas mungkin menjadi penting ketika kegunaan, lingkungan, dan lokasi menjadi pertimbangan utama.

Membeli TV besar dan mahal yang akan menyita sekurang-kurangnya setengah dinding ruang keluarga Anda barangkali bukan keputusan bijak bila di rumah ada anak-anak dan hewan piaraan namun sangat cocok bagi seorang pengusaha muda yang tinggal di apartemen dengan tehnologi terkini. Setiap orang harus perhatikan dua saran praktis ketika memilih jenis TV apa yang akan dibeli. Misalnya, kalau Anda menginginkan TV yang akan dipasang di ruang yang lebar, maka TV plasma akan lebih cocok karena TV ini memberi sudut pandangan yang lebih baik dengan harga yang lebih murah untuk ukuran yang lebih besar. 
 
Perdebatan tentang jenis TV mana yang lebih baik tak akan pernah berakhir.  Pada akhirnya, persoalan ini terletak di tangan konsumen. Karena itu, lain kali Anda akan membeli TV, jangan terkejut kalau tetangga Anda akan mencela pilihan Anda.  



Tabel 1. Perbandingan antar Jenis Esai
Jenis
 Nuansa
 Referensi
 Tujuan
Expositori
 Objektif
 Harus Ada
 Menginformasikan
Persuasi
 Objektif
Harus Ada
 Membujuk
Esai Informal
Subjektif
Tidak Ada
 Mengomunikasikan
Esai Tinjauan
Objektif/Subjektif
Perlu
 Menganalisis dan Menyajikan
Esai Riset
 Objektif
 Harus Ada
 Mengungkap
Esai Literatur
 Objektif
Perlu
 Menganalisis Sastra
Argumentasi
 Objektif
 Harus Ada
Membuktikan
Sebab-Akibat
 Objektif
Harus Ada
Membangun hubungan
Perbandingan
Objektif
Harus Ada
Menunjukkan Persamaan/Perbedaan

No comments: