![]() |
|||
![]() |
Disusun Oleh:
DIAH
INDRAWATI N.
![]() |
KARYA TULIS ILMIAH
PEMANFATAN SAMPAH
SEBAGAI PUPUK
KOMPOS

Disusun Oleh:
DIAH INDRAWATI N.
SMA NEGERI 3
BANGKALAN
TAHUN PELAJARAN
2011-2012
PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “PEMANFAATAN SAMPAH
SEBAGAI PUPUK KOMPOS” telah disetujui untuk disahkan.
Mengetahui
Guru
Pembina
Sri
Ernawati, S.Pd
|
Penulis
Diah
Indrawati N.
|
Kepala SMAN 3
Bangkalan
Drs. H. Abu Husnul Harkan, MM
NIP.195708071986031014
PERSEMBAHAN
Setelah
melalui penerapan proses pengerjaan dan pengesahan Kaya Tulis Ilmiah yang
berjudul “PEMANFAATAN SAMPAH
SEBAGAI PUPUK KOMPOS” dapat
terselesaikan dengan baik .
Keberhasilan
penulis ini juga tidak terlepas dari bantuan bimbingan pihak yang telah memberi
dukungan dan motifasi baik secara langsung maupu tidak langsung. Ucapan
terima kasih penulis persembahkan kepada :
a. Allah
SWT yang telah member nikmat dan karunianya berupa kesehatan dan ilmu yang
bermanfaat.
b.
Kepada
orang tua yang memberi dukungan.
c.
Guru
pembimbing yang senantiasa memberi kritik kepada penulis yang membangun penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis ilmiah
ini.
Demikian
persembahan ini, walau dalam penyusunan ini banyak halangan yang
melibatkan semua pihak penulis berharap agar pihak-pihak yang membantu penulis
tidak merasa menyesal.
KATA
PENGANTAR
Segala
puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
bimbingan-Nya akhirnya kami dapat menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang
berjudul “PEMANFAATAN SAMPAH
SEBAGAI PUPUK KOMPOS”.
Karya
Kulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk menambah dan memberi pengetahuan tentang pembuatan pupuk kompos. Dengan terselesainya karya tulis ini tak lupa kami
ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua yang ikut serta dalam pembuatan karya tulis ini dan membantu penyelesaiannya.
Semoga
karya tulis ini dapat bermanfaat dan memberi wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun karya tulis ini memiliki kekurangan penyusun mohon kritik dan
sarannya demi kesempurnaan karya tulis ini di masa mendatang.
Bangkalan, Juni
2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL…………………………………………………………….. i
HALAMAN
PENGESAHAN…………………………………………………… ii
HALAMAN
PERSEMBAHAN………………………………………………… iii
KATA PENGANTAR ………………………………………............................. iv
DAFTAR ISI……………………………………………….……………………..v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang ……………………………………...…….................... 1
1.2 Rumusan
Masalah ……………………………….................................. 2
1.3 Tujuan
……………………………………............................................. 2
1.4 Manfaat
……………………………...................................................... 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pupuk Kompos................................................................................... 3
2.2 Manfaat Pupuk Kompos..................................................................... 4
2.3Faktor-faktor yang Memengaruhi Proses pengomposan ……………
5
2.4 Tahapan Pengomposan....................................................................... 8
BAB III METODE
PENELITIAN
3.1Jenis Penelitian................................................................................... 11
3.2 VariabelPenelitian............................................................................. 11
3.3 Alat dan Bahan................................................................................. 11
3.4 Langkah Kerja............................................................................. .… 12
BAB IV HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian................................................................................ 13
4.2 Analisis Penelitian………………………………………………… 13
4.3 Pembahasan..................................................................................... 13
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ……………………….................................................... 21
5.2 Saran
…………………................................................................ 21
DAFTAR
PUSTAKA ……………………………………………………. 22
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Di perkembangan saat
ini, aktivitas manusia selalu meninggalkan sisa yang dianggap sudah tidak
berguna lagi atau barang buangan yang disebut sampah. Mulai dari sampah rumah
tangga, pasar, limbah pabrik atau sisa-sisa kegiatan produksi dalam industri.
Sampah menjadi masalah penting yang perlu ditangani sebab jumlah sampah yang semakin
banyak seiring dengan banyaknya limbah yang dihasilkan dari kegiatan manusia
menjadi sumber penyakit jika terus menerus menumpuk tanpa adanya upaya untuk
mengurangi jumlah sampah tersebut. Bukan hanya berdampak pada kesehatan saja
namun juga mengenai berbagai sisi kehidupan.
Sampah secara sederhana
digolongkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Melihat kawasan SMA
Negeri 3 Bangkalan yang banyak ditumbuhi oleh banyak pepohonan sehingga jumlah
sampah organik menjadi sangat melimpah. Oleh karena itu sebagai siswa dari SMA
Negeri 3 Bangkalan Kami merasa bertanggung jawab atas hal tersebut. Sehingga
kami berupaya mencari solusi yakni dengan memanfaatkan sampah dedaunan tersebut
sebagai pupuk kompos. Dengan melakukan hal tersebut kami berharap dapat
berdampak pada pengurangan jumlah sampah yang ada.
Manusia sebagai
pengelola lingkungan seharusnya memperhatikan hal tersebut dan mengupayakan
suatu cara untuk mengelola sampah yang tidak memiliki nilai fungsi lagi menjadi
suatu barang yang dapat dimanfaatkan kembali. Jadi upaya pemanfaatan sampah
untuk kompos ini merupakan hal yang cukup efektif karena selain untuk mengurangi jumlah sampah
yang ada tetapi juga untuk meningkatkan kesuburan tanah dan produkrivitas
tanaman terutama di bidang pertanian.
Dengan demikian maka
perlu dilakukan suatu penelitian dan pengamatan untuk menerapkan upaya
pengurangan sampah dengan membuat pupuk kompos serta karya tulis yang bisa
dijadikan petunjuk dalam mempraktikkannya. Penelitian ini dilakukan demi
terciptanya generasi yang peduli lingkungan yang berupaya mengelola lingkungan
sebaik mungkin.
1.2
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di
atas kami mengajukan permasalahan sebagai berikut:
- Faktor-faktor apa saja yang dapat memengaruhi proses pengomposan sampah?
- Bagaimana peranan sampah dapat digunakan sebagai pupuk kompos pada lingkungan?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan kami
melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi proses pengomposan sampah
- Mengetahui peranan sampah yang dapat digunakan sebagai pupuk kompos pada lingkungan
1.4
Manfaat
Penelitian yang kami
lakukan ini kami harap akan bermanfaat untuk:
- Memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang memengaruhi proses pengomposan sampah
- Memberikan pengetahuan tentang pemanfaatan sampah sebagai pupuk kompos
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1
Pupuk Kompos
Pupuk kompos adalah
hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat
dipercepat secara artifisial oleh populasi
berbagai macam mikroba
dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik
atau anaerobik.
Sedangkan pengomposan adalah
proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya
oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat
kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat
terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang
seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator
pengomposan.
Pengomposan secara aerobik paling
banyak digunakan, karena mudah dan murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan
kontrol proses yang terlalu sulit. Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme
di dalam bahan itu sendiri dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara
anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam
mendegradasi bahan organik..
Bahan baku pengomposan adalah semua
material yang mengandung karbon dan nitrogen, seperti kotoran hewan, sampah hijauan,
sampah kota, lumpur
cair dan limbah
industri pertanian.
Berikut disajikan bahan-bahan yang umum dijadikan bahan baku pengomposan.
Asal
|
Bahan
|
1. Pertanian
|
|
Limbah dan residu tanaman
|
Jerami dan sekam padi, gulma, batang dan tongkol
jagung, semua bagian vegetatif tanaman, batang pisang dan sabut kelapa
|
Limbah & residu ternak
|
Kotoran padat, limbah ternak cair, limbah pakan
ternak, cairan biogas
|
Tanaman air
|
Azola, ganggang biru, enceng gondok, gulma air
|
2. Industri
|
|
Limbah padat
|
Serbuk gergaji kayu, blotong, kertas, ampas tebu,
limbah kelapa sawit, limbah pengalengan makanan dan pemotongan hewan
|
Limbah cair
|
Alkohol, limbah pengolahan kertas, ajinomoto, limbah
pengolahan minyak kelapa sawit
|
3. Limbah rumah tangga
|
|
Sampah
|
Tinja, urin, sampah rumah tangga dan sampah kota
|
2.2 Manfaat Pupuk
Kompos
Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan
kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk
mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat
bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini
membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga
diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos
juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan
pupuk kimia, seperti menjadikan hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat,
lebih segar, dan lebih enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang
ditinjau dari beberapa aspek:
Aspek Ekonomi :
- Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
- Mengurangi volume/ukuran limbah
- Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
- Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah
- Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman:
- Meningkatkan kesuburan tanah
- Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
- Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
- Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
- Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
- Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
- Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
- Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
Peran bahan organik terhadap sifat
fisik tanah di antaranya merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan
meningkatkan kemampuan menahan air. Peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah
meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan
transfer hara tertentu seperti N, P, dan S. Peran bahan organik terhadap sifat
kimia tanah adalah meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga memengaruhi
serapan hara oleh tanaman (Gaur, 1980).
2.3 Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Proses Pengomposan
Setiap organisme pendegradasi bahan
organik membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan yang berbeda-beda. Apabila
kondisinya sesuai, maka dekomposer tersebut akan bekerja giat untuk
mendekomposisi limbah padat organik. Apabila kondisinya kurang sesuai atau
tidak sesuai, maka organisme tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau
bahkan mati. Menciptakan kondisi yang optimum untuk proses pengomposan sangat
menentukan keberhasilan proses pengomposan itu sendiri.
Faktor-faktor yang memperngaruhi
proses pengomposan antara lain:
- Rasio C/N
Rasio C/N yang efektif untuk proses
pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C
sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N
di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk
sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N
untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat.
Umumnya, masalah utama pengomposan
adalah pada rasio C/N yang tinggi, terutama jika bahan utamanya adalah bahan
yang mengandung kadar kayu tinggi (sisa gergajian kayu, ranting, ampas tebu,
dsb). Untuk menurunkan rasio C/N diperlukan perlakuan khusus, misalnya
menambahkan mikroorganisme selulotik (Toharisman, 1991) atau dengan menambahkan
kotoran hewan karena kotoran hewan mengandung banyak senyawa nitrogen.
- Ukuran Partikel
Aktivitas mikroba berada di antara
permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan
kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih
cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas).
Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran
partikel bahan tersebut.
- Aerasi
Pengomposan yang cepat dapat terjadi
dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada
saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara
yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh
porositas dan kandungan air bahan(kelembapan). Apabila aerasi terhambat, maka
akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi
dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam
tumpukan kompos.
- Porositas
Porositas adalah ruang di antara
partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan mengukur volume
rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan
udara. Udara akan mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga
dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan
juga akan terganggu.
- Kelembapan (Moisture content)
Kelembapan memegang peranan yang
sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung
berpengaruh pada suplay oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik
apabila bahan organik tersebut larut di dalam air. Kelembapan 40 - 60 %
adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembapan di bawah 40%,
aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada
kelembapan 15%. Apabila kelembapan lebih besar dari 60%, hara akan tercuci,
volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan
terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.
- Temperatur/suhu
Panas dihasilkan dari aktivitas
mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen.
Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin
cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada
tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 - 60oC menunjukkan
aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan
membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap
bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen
tanaman dan benih-benih gulma.
- pH
Proses pengomposan dapat terjadi
pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara
6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4.
Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH
bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau
lokal, akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia
dari senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada
fase-fase awal pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati
netral.
2.4 Tahapan
Pengomposan
- Pemilahan Sampah
- Pada tahap ini dilakukan pemisahan sampah organik dari sampah anorganik (barang lapak dan barang berbahaya). Pemilahan harus dilakukan dengan teliti karena akan menentukan kelancaran proses dan mutu kompos yang dihasilkan
- Pengecil Ukuran
- Pengecil ukuran dilakukan untuk memperluas permukaan sampah, sehingga sampah dapat dengan mudah dan cepat didekomposisi menjadi kompos
- Penyusunan Tumpukan
- Bahan organik yang telah melewati tahap pemilahan dan pengecil ukuran kemudian disusun menjadi tumpukan.
- Desain penumpukan yang biasa digunakan adalah desain memanjang dengan dimensi panjang x lebar x tinggi = 2m x 12m x 1,75m.
- Pada tiap tumpukan dapat diberi terowongan bambu (windrow) yang berfungsi mengalirkan udara di dalam tumpukan.
- Pembalikan
- Pembalikan dilakuan untuk membuang panas yang berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses pelapukan di setiap bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta membantu penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil.
- Penyiraman
- Pembalikan dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan yang terlalu kering (kelembapan kurang dari 50%).
- Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat dilakukan dengan memeras segenggam bahan dari bagian dalam tumpukan.
- Apabila pada saat digenggam kemudian diperas tidak keluar air, maka tumpukan sampah harus ditambahkan air. sedangkan jika sebelum diperas sudah keluar air, maka tumpukan terlalu basah oleh karena itu perlu dilakukan pembalikan.
- Pematangan
- Setelah pengomposan berjalan 30 – 40 hari, suhu tumpukan akan semakin menurun hingga mendekati suhu ruangan.
- Pada saat itu tumpukan telah lapuk, berwarna coklat tua atau kehitaman. Kompos masuk pada tahap pematangan selama 14 hari.
- Penyaringan
- Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran partikel kompos sesuai dengan kebutuhan serta untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan di awal proses.
- Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke dalam tumpukan yang baru, sedangkan bahan yang tidak terkomposkan dibuang sebagai residu.
- Pengemasan dan Penyimpanan
- Kompos yang telah disaring dikemas dalam kantung sesuai dengan kebutuhan pemasaran.
- Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang yang aman dan terlindung dari kemungkinan tumbuhnya jamur dan tercemari oleh bibit jamur dan benih gulma dan benih lain yang tidak diinginkan yang mungkin terbawa oleh angin.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 Jenis
Penelitian
Adapun jenis penelitian
yang kami lakukan adalah eksperimen atau percobaan. Penelitian ini
mengidentikkan pada praktik untuk memanfaatkan sampah dan melibatkan beberapa
percobaan untuk membuat pupuk.
3.2 Variabel
Penelitian
Penelitian yang kami
lakukan ini sifatnya terikat dan melibatkan beberapa variabel penelitian
sebagai berikut:
·
Variabel
bebas
Jumlah sampah daun yang digunakan,
jumlah kotoran hewan, jumlah bekatul
·
Variabel
terikat
Waktu pematangan pupuk kompos
·
Variabel
kontrol
EM4, gula, air, suhu, kelembapan
3.3 Alat dan
Bahan
1. Sampah
daun yang sudah digiling
2. Kotoran
hewan
3. Bekatul
4. EM4
5. Gula
6. Air
7. Timbangan
8. Karung
beras ukuran 25 kg
9. Tali
Rafia
3.4 Langkah
Kerja
1. Siapkan
alat dan bahan yang diperlukan untuk pembuatan pupuk kompos
2. Daun
atau sampah pasar dipotong kecil-kecil (digiling), ditimbang 10 kg.
3. Tuangkan
satu tutup botol EM4 dan 1 sendok makan gulayang sudah dilarutkan dalam air ke
daun tadi
4. Campurkan
sambil diaduk agar EM4 dan gula tercampur merata di dalam daun
5. Tambahkan
kotoran hewan dan bekatul. Sambil ditambah air dengan jumlah yang relatif hingga
berjumlah 5-10 tetes ketika dicoba untuk diperas. Hal itu menandakan bahwa
jumlah air telah cukup.
6. Setelah
tercampur semua letakkan pupik ke dalam karung beras dengan tinggi sekitar
setengah dari tinggi karung dan ikat dengan tali rafia. Usahakan ikatan erat
agar tidak ada udara yang masuk.
Note:
Percobaan 1
·
Kotoran hewan 15 kg
·
Bekatul 3 kg
Percobaan 2
·
Kotoran hewan 10 kg
·
Bekatul 2 kg
Percobaan 3
·
Kotoran hewan 5 kg
·
Bekatul 1 kg
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
Pupuk yang diberi daun
dengan jumlah yang seimbang dengan kotoran hewan menghasilkan tanaman yang
pengomposannya lebih cepat. Percobaan 2 dalam waktu 15 hari pupuk kompos sudah
bisa digunakan. Dengan tanda-tanda warna pupuk hitam, sudah tidak berbau, dan
bentuknya menyerupai tanah.
4.2
Analisis Hasil Penelitian
Dari penelitian yang
sudah dilakukan ternyata percobaan ke dua dengan jumlah daun yang seimbang
dengan jumlah kotoran sapi menunjukkan proses pengomposan yang lebih cepat. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah:
1.
Ukuran bahan
2.
Rasio C/N
3.
Kelembaban dan Aerasi
4.
Temperature pengomposan
5.
Derajat keasaman (pH) Pengomposan
6.
Mikroorganisme yang terlibat dalam
pengomposan
4.3
Pembahasan
4.3.1 Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi Proses
Pengomposan Sampah
Dalam pembuatan kompos
ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses pengomposan sampah
diantaranya:
1. Ukuran bahan
Proses pengomposan akan lebih
baik dan cepat bila bahan mentahnya memiliki ukuran yang lebih kecil. Karen
aitu, bahan yang ukurannya besar perlu dicacah atau digiling terlebih dulu
sehingga ukurannya menjadi lebih kecil.bahan yang lebih kecil akan mudah
didekomposisi karena luas permukaannya meningkat dan mempermudah aktivitas
mikroorganisme perombak. Namun, ukurannya bahan tersebut jangan terlalu kecil.
Ukuran bahan mentah yang terlalu kecil akan menyebabkan rongga udara berkurang
sehingga timbunan menjadi lebih mampat dan pasokan oksigen kedalam timbunan
akan semakin berkurang. Jika pasokan oksigen berkurang mikroorganisme yang ada
didalamnya tidak bisa bekerja secara optimal.
2. Rasio C/N
Rasio C/N merupakan factor paling penting dalam
proses pengomposan. Hal ini disebabkan proses pengomposan terantung dari
kegiatan mikroorganisme yang membutuhkan karbon sebagai sumber energi dan
pembentuk sel, dan nitrogen untuk membentuk sel. Besarnya nilai C/N tergantung dari jenis sampah. Proses
pengomposan yang baik akan menghasilkan rsio C/N yang ideal sebesar 20 – 40,
tetapi rasio paling baik adalah 30.
Jika rasio C/n tinggi, aktivitas mikroorganisme
akan berkurang. Selain itu diperlukan beberapa siklus mikroorganisme untuk
menyelesaikan degradasi bahan kompos sehingga waktu pengomposan akan lebih lama
dan kompos yang dihasilkan akan bermutu rendah.
Jika rasio C/N terlalu rendah (kurang dari 30)
kelebihan nitrogen (N) yang tidak dipakai oleh mikroorganisme tidak dapat
diasimilasi dan akan hilang memlaui volatisasi sebagai ammonia atau
terdenitrifikasi.
3. Kelembaban dan Aerasi
Mikroorganisme yang berperan dalam pengomposan
melakukan aktivitas metabolisme diluar sel tubuhnya. Sementara itu reaksi
biokimia yang terjadi dalam selaput airtersebut membutuhkan oksigen dan air.
Karena itu dekomposisi bahan organic sangat tergantung dari kelembaban
lingkungan dan oksigen yang diperoleh dari rongga udara yang terdapat diabtara
partikel bahan yang dikomposkan. Dekomposisi secara aerobic dapat terjadi pada
kelembaban 30 -100% dengan pengadukan yang cukup.
Secara umum, kelembaban yang baik untuk berlangsungnya
proses dekomposisi secara aerobic adalah 50 -60 % dengan tingkat terbaik 50 %.
Namun sebenarnya kelembaban yang baik pada pengomposan tergantung dari jenis
bahan organic yang digunakan dalam campuran bahan kompos.
Kisaran kelembaban kompos yang baik harus
dipertahankan karena jika tumpukan bahan terlalu lembab, proses pengomposan
akan terjadi lebih lambat. kelebihan kandungan air akan menutupi rongga udara
dalam tumpukan bahan kompos sehingga kadar oksigen yang ada didalam tumpukan
bahan kompos akan berkurang (kadar oksigen yang baik 10 – 80% namun jika
tumpukan terlalu kering proses proses pengoposan akan terganggu karena
mikroorganisme perombak sangat membutuhkan air sebagai tempat hidupnya.
Mikroorganisme yang berperan dalam pengomposan memerlukan oksigen. Bahan
organic yang ditimbun akan mengalami dekomposisi dengan cepat jika berada dalam
keadaan aerob. Aerasi yang tidak seimbang akan menyebabkan bau busuk dari gas
yang banyak mengandung belerang.
4. Temperature pengomposan
Proses pengomposan akan berjalan dengan baik
jika bahan berada dalam temperature yang sesuai untuk pertumbuhan
mikroorganisme perombak. Tempertur optimum yang dibutuhkan mikroorganisme untuk
merombak bahan adalah 35-55 derajat Celsius. Namun setiap kelompok
mikroorganisme memiliki temperature optimum pengomposan merupakan integrasi
dari berbagai jenis microorganisme yang terlibat.
Pada pengomposan secara aerobic akan terjadi
kenaikan temperature yang cukup cepat selama 3 -5 hari pertama dan temperature
tersebut merupakan yang terbaik bagi pertumbuhan microorganisme.pada kisaran
temperature ini mikroorganisme dapat tumbuh tiga kali lipat dibandingkan dengan
temperature yang kurang dari 55 derajat selsius.selain itu pada temperature
tersebut enzim yang dihasilkan juga paling efektif mengurai bahan organic.
Penurunan rasio C/N juga dapat berjalan dengan sempurna.
Temperature yang tinggi berperan untuk membunuh
mikroorganisme pathogen (bibit penyakit) menetralisir bibit Mycobacterium
tuberculosis biasa nya akan rusak pada hari ke 14 pada suhu 65 derajat Celsius.
Virus volio akan mati jika berada pada temperature 54 derajar selsius selama 30
menit. Salmonella akan menjadi tidak aktif jika berada pada temperature 60
derajat Celsius pada waktu 60 menit. Ascaris lumbricoides, cacing beracun yang
ditemukan pada saluran pencernaan babi akan terbunuh pada temperature 60
derajat selsius dalam waktu 60 meit proetein microorganisme yang mati ini akan
digumpalkan. Karena itu keadaan tetemperatur yang tinggi perlu dipertahankan
minimum 15 hari berturut turut. Untuk mempertahankan temperature pengomposan
perlu diperhatikan ketinggian tumpukan bahan mentah.
Ketinggian tumpukan yang baik adalah 1 – 1,2
dan tinggi maximum adalah 1,5 – 1,8 m. tumpukan bahan yang terlalu rendah akan
membuat bahan lebih cepat kehilangan panas sehingga temperature yang tinggi
tidak akan tercapai. Selain itu,microorganisme pathogen tidak akan mati dan
proses dekomposisi oleh mikroorganisme termofilik tidak akan tercapai. Jika
timbunan yang dibuat terlalu tinggi akan menyebabkan pemadatan pada bahan dan
temperature pengomposan menjadi terlalu tinggi.
Pengomposan pada bahan yang memiliki rasio C/N
tinggi seperti jerami padi atau jerami gandum peningkatan temperature tidak
dapat melebihi 52 derajat Celsius. Keadaan ini menunjukkan bahwa peningkatan
temperature juga tergantung dari tipe bahan yang digunakan.
5. Derajat keasaman (pH)
Pengomposan
Kisaran pH kompos yang optimal adalah 6,0 – 8,0
derajat keasaman bahan pada permulaan pengomposan umumnya asam sampai dengan
netral (pH 6,0 – 7,0) derajat keasaman pada awal proses pengomposan akan
mengalami penurunan karena sejumlah mikroorganisme yang terlibat dalam
pengomposan mengubah bahan organic menjadi asam organic. Pada proses
selanjutnya, mikroorganisme, dari jenis yang lain akan mengkonversi asam
organic yang telah terbentuk sehingga bahan memiliki derajat keasaman yang
tinggi dan mendekati netral.
Seperti factor lainnya derajat keasaman perlu
dikontrol selama proses pengomposan berlangsung. Jika derajat keasaman terlalu
tinggi atau terlalu basa konsumsi oksigen akan semakin naik dan akan memberikan
hasil yang buruk bagilingkungan. Derajat keasaman yang terlalu tinggi juga akan
menyebabkan unsure nitrogen dalam bahan kompos berubah menjadi ammonia (NH3)
sebaliknya dalam keadaan asam (derajat keasaman rendah) akan menyebabkan
sebagian mikroorganisme mati.
Derajat keasaman yang terlalu tinggi dapat
diturunkan dengan menambahkan kotoran hewan, urea, atau pupuk nitrogen. Jika
derajat keasaman terlalu rendah bisa ditingkatkan dengan menambahkan kapur dan
abu dapur kedalam bahan kompos.
6. Mikroorganisme yang terlibat
dalam pengomposan
Mikroorganisme merupakan factor terpenting
dalam proses pengomposan karena mikroorganisme ini yang merombak bahan organic
menjadi kompos. Beberapa ratus spesies mikroorganisme,terutama bakteri,jamur
dan actinoycetes berperan dalam proses dekomposisi bahan organic. Sebagian
besar dari mikroorganisme yang melakukan dekomposisi berasal dari bahan organic
yang digunakan dan sebagian lagi berasal dari tanah.pengomposan akan
berlangsung lama jika jumlah mikroorganisme pada awalnya sedikit. Populasi
mikroorganisme selama berlangsungnya perombakan bahan organic akan terus
berubah. Mikroorganisme ini dapat diperbanyak dengan menambahkan starter atau
activator.
Pada proses pengomposan dikenal adanya inokulan
(starter atau activator) yaitu bahan yang terdiri dari enzim, asam humat bahan
dan mikroorganisme seperti kultur bakteri. Berdasarkan kondisi habitatnya,
terutama temperature, mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan terdiri
dari 2 golongan, yaitu mesofilik dan termofilik. Mikroorganisme mesofilik
adalah mikroorganisme yang hidup pada temperature rendah (10 – 45 derajat
Celsius) mikroorganismetermofilik adalah mikroorganisme yang hidup pada
temperature tinggi (45 – 65 derajat Celsius) pada temperature tumpukan kompos
kurang dari 45 proses pengomposan dibantu oleh mesofilik sedangkan ketika
temperature tumpukan berada pada 65 organisme yang berperan adalah termofilik.
Dilihat dari fungsinya mikroorganisme mesofilik
berfungsi untuk memperkecil ukuran partikel bahan organik sehingga luas
permukaan bahan bertambah dan mepercepat pengomposan. Sementara itu, bakteri
termofilik yang tumbuh dalam waktu terbatas berfungsi untuk mengkonsumsi
karbohidrat dan protein sehingga bahan kompos dapat terdegradasi dengan cepat.
4.3.3
Peranan Sampah Dapat Digunakan sebagai Pupuk Kompos Pada Lingkungan
Pemanfaatan sampah
sebagai pupuk kompos adalah upaya dalam
menjaga lingkungan dengan mengurangi jumlah sampah yang ada dan otomatis ini
berdampak pada lingkungan. Pembuatan kompos berperan penting dalam mencegah
berbagai kerusakan lingkungan yang diakibatkan banyaknya jumlah sampah. Berikut
beberapa peranan pemanfaatan sampah sebagai pupuk kompos pada lingkungan :
- Mengurangi polusi udara
Banyak masyarakat yang berusaha
menguarangi jumlah sampah yang ada dengan melakukan pembakaran. Padahal
kegiatan pembakaran tersebut menghasilkan gas polutan yang mencemari udara.
Dengan pembuatan kompos yang menggunakan sampah organik yang tidak berguna
tentu kita telah memperoleh suatu cara untuk mengatasi permasalahan sampah dan
cara itu tidak berbahaya pada lingkungan karena tidak menghasilkan zat pencemar
apapun.
- Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Upaya pemerintah kota
di Indonesia untuk mencari tempat pembuangan sampah yang representatif
mengalami kesulitan, karena pendekatannya bukan mengolah, melainkan membuang
sampah. Pada akhirnya hanya berupaya mencari lahan kosong dan kemudian
berpindah lagi jika telah penuh atau dianggap tidak layak Hal tersebut tentu
membutuhkan lahan yang banyak hanya untuk tempat penimbunan sampah. Dengan
pemanfaatan sampah sebagai pupuk kompos setidaknya telah mengurangi kebutuhan
lahan untuk penimbunan sampah karena sampah-sampah yang ada sudah dimanfaatkan
menjadi pupuk kompos.
- Mencegah pemanasan global.
Sampah yang semakin
menumpuk dan mengalami pembusukan menghasilkan gas metana yang merupakan gas
rumah kaca. Metana (CH4) adalah gas rumah kaca yang memicu
terjadinya pemanasan global. Bisa dibayangkan apabila gas metana meningkat
jumlahnya di atmosfer maka suhu bumi meningkat dan perubahan cuaca terjadi.
Hal-hal itu adalah akibat dari pemanasan global. Oleh karena itu dengan
pembuatan kompos melalui pemanfaatan sampah maka pelepasan gas metana dari sampah
organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah bisa diatasi dan pemanasan globalpun dapat
dicegah.
- Menanggulangi lahan kritis atau degradasi lahan
Dengan pupuk kompos
maka usaha reklamasi lahan bekas galian tambang yang mengalami degradasi dapat
dilakukan. Karena pemberian pupuk kompos sedikit demi sedikit dapat memperbaiki
lahan kritis yang ada. Lahan yang tanahnya rusak karena penggunaan bahan kimia
seperti pupuk sintesis dan pestisida bisa diatasi dengan pemberian pupuk kompos
dan mengembalikan unsur hara yang ada sebelumnya serta memperbaiki strukrur
tanah.
- Meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman
Pemanfaatan pupuk
kompos untuk tanaman dapat meningkatkan kesuburan tanah. Sehingga pertumbuhan
tanaman bisa semakin cepat. Pupuk kompos menyediakan bahan organik bagi tanah. Peran
bahan organik terhadap sifat fisik tanah di antaranya merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan
kemampuan menahan air.
Peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas
mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu
seperti N, P, dan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah
meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga memengaruhi serapan hara oleh
tanaman.
Selain itu aktivitas
mikroba dapat membuat tanaman tahan dengan serangan penyakit. Aktivitas
mikroorganisme tanah meningkatkan penyediaan hara bagi tanaman sehingga
pertumbuhan tanaman dapat berlangsung cepat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari
penelitian yang telah dilakukan kami menyimpulksn bahwa:
- Pemanfaatan sampah sebagai pupuk kompos adalah salah satu upaya dalam mengurangi jumlah sampah yang ada di lingkungan.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan sampah adalah ukuran bahan, Rasio C/N, kelembaban dan Aerasi, temperature pengomposan, derajat
- Peranan sampah sebagai pupuk kompos pada lingkungan:
- Mengurangi polusi udara
- Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
- Mencegah pemanasan global.
- Menanggulangi lahan kritis atau degradasi lahan
- Meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman
5.2 Saran
Karya
tulis yang dibuat tentu masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami
menyarankan untuk:
- Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi laju pengomposan beserta cara mengoptimalkan pembuatan pupuk kompos agar diperoleh hasil yang besar dalam waktu yang cepat.
- Melakukan penelitian mengenai pemanfaatan sampah tidak sebatas sampah organik tetapi juga sampah anorganik seperti pendaur ulangan sampah atau teknologi alternatif pembuatan bahan bakar (retrieve energy).
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.suaramedia.com/ekonomi-bisnis/usaha-kecil-dan-menengah/21057-lapangan-kerja-baru-olahan-ekonomis-sampah-organik.html
(03 Juli 2011)
No comments:
Post a Comment