Wednesday, July 29, 2015

PUISI KONTEMPORER



PUISI KONTEMPORER

1.   PENGERTIAN PUISI KONTEMPORER

Berdasarkan keberadaan puisi kontemporer ini, maka pengertiannya adalah puisi yang muncul pada masa kini yang bentuk dan gayanya tidak mengikuti kaidah-kaidah puisi pada umumnya, puisi yang lahir di dalam kurun waktu tertentu yang memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan puisi lainnya.

2.   TEMA DAN CIRI-CIRI PUISI KONTEMPORER
·         Tema Puisi kontemporer:
 Biasanya puisi-buisi kontemporer bertemakan
Ø  Tema protes yang ditujukan kepada kepincangan sosial dan dampak negatif dari industrialisasi
Ø  Tema humanisme yang mengemukakan kesadaran bahwa manusia adalah subjek pembangunan dan bukan objek pembangunan.
Ø  Tema yang mengungkapkan kehidupan batin yang religius dan cenderung kepada mistik
Ø  Tema yang dilukiskan melalui alegor dan parabel
Ø  Tema tentang perjuangan menegakkan hak-hak azasi manusia berupa perjuangan untuk kebebasan, persamaan hak, pemerataan, dan bebas dari cengkeraman dari teknologi modern.
Ø  Tema kritik sosial terhadap tindakan sewenang-wenang dari mereka yang menyelewengkan kekuasaan dan jabatan.

  • Ciri-ciri Puisi Kontemporer
ü Puisi bergaya mantra dengan sarana kepuitisan berupa pengulangan kata, frasa, atau kalimat.
ü Gaya bahasa paralelisme dikombinasi dengan gaya bahasa hiperbola dan enumerasi dipergunakan penyair untuk memperoleh efek pengucapan maksimal.
ü Tipografi puisi dieksploitasi secara sugestif dan kata-kata nonsens dipergunakan dan diberi makna baru.
ü Kata-kata dari bahasa daerah banyak dipergunakan untuk memberi efek kedaerahan dan efek ekspresif.
ü Asosiasi bunyi banyak digunakan untuk memeroleh makna baru
ü Banyak digunakan gaya penulisan prosais
ü Banyak menggunakan kata-kata tabu
ü Banyak ditulis puisi lugu untuk mengungkapkan gagasan secara polos.

3.   RAGAM PUISI KONTEMPORER
Adapun puisi kontemporer bisa dibedakan menjadi beberapa ragam sebagai berikut:
  • Puisi Tanpa Kata, yaitu puisi yang sama sekali tidak menggunakan kata sebagai alat ekspresinya. Sebagai gantinya di gunakan titik-titik, garis, huruf, atau simbol-simbol lain.
  • Puisi Mini Kata, yaitu puisi kontemporer yang menggunakan kata dalam jumlah yang sangat sedikit, dilengkapi dengan symbol lain yang berupa huruf, garis, titik, atau tanda baca lain.
  • Puisi Multi Lingual, yaitu puisi kontemporer yang menggunakan kata atau kalimat dari berbagai bahasa, baik bahasa daerah maupun bahasa asing.
  • Puisi Tipografi, yaitu puisi kontemporer yang memandang bentuk atau wujud fisik puisi mampu memperkuat ekspresi puisi. Bahkan wujud fisik puisi dipandangg sebagai salahh satu unsure puisi, sebagai suatu tanda yang memiliki makna tertentu, yang tidak terlepas dari keseluruhan makna puisi.
  • Puisi Supra Kata, yaitu puisi kontemporer yang menggunakan kata-kata konvensional yang dijungkir-balikkan atau penciptaan kata-kata baru yang belum pernah ada dalam kosakata bahasa Indonesia. Puisi macam ini lebih mementingkan aspek bunyi dan ritme, sehingga merangsang timbulnya suasana magis (cenderung sebagai puisi mantra).
  • Puisi Idiom Baru. Puisi ini dibedakan dengan puisi konvensional terutama oleh penggunaan idiom-idiom baru yang terdapat didalamnya. Puisi idiom baru tetap menggunakan kata sebagai alat ekspresinya, tetapi kata tersebut dibentuk dan diungkapkan dengan cara baru, diberi nyawa baru. Digunakan idiom-idiom baru yang belum pernah dijumpai sebelumnya.
  • Puisi Mbeling. Puisi ini pada umumnya mengandung unsur humor, bercorak kelakar. Dalam puisi ini sering terdapat unsure kritik, terutama kritik sosial. Puisi mbeling tidak meng’haram’kan penggunaan suatu kata. Semua kata mempunyai hak yang sama dalam penulisan puisi ini.
  • Puisi konkret adalah puisi yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa tata wajah hingga menyerupai gambar tertentu. Puisi seperti ini tidak sepenuhnya menggunakan bahasa sebagai media. Di dalam puisi konkret pada umumnya terdapat lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda dan/atau gambar-gambar sebagai ungkapan ekspresi penyairnya.

4.   TOKOH-TOKOH PUISI KONTEMPORER
  1. Sutardji Calzoum Bahri
Karyanya:
  • Kumpulan sajak o, amuk, kapak
  • Tragedi sinka dan winka
  • Batu

  1. Supardi Djoko Damono
Karangannya:
  • Dukamu Abadi (Kumpulan sajak, 1969)
  • Mata Pisau (Kumpulan sajak, 1974)
  • Akuarium (Kumpulan sajak, 1974)

  1. Goenawan Muhammad
Karangannya:
  • Dadaku adalah perisaiku (kumpulan sajak, 1974)

  1. Leon Agusta
Karangannya:
  • Catatan putih (Kumpulan sajak, 1975)
  • Hukla (Kumpulan sajak, 1979)

  1. Korrie Layun Rampan
Karangannya:
  • Matahan pinsan & ubun-ubun (kumpulan sajak, 1974)

  1. Entha Ainun Nadjib
Karangannya:
  • “M” Frustasi (kumpulan sajak, 1976)
  • Nyanyian Gelandangan (Kumpulan Sajak, 1981)

  1. Hamid Jabbar
Karangannya:
  • Paco-Paco (Kumpulan Sajak, 1974)
  • Dua Warna (Kumpulan Sajak Bersama Upita Agustina, 1975)
  • kumpulan puisin Wajah Kita

  1. Toen Herarti
Karangannya:
  • Sajak-Sajak 33 (Kumpulan Sajak, 1973)

  1. Linus Suryadi
Karyanya:
  • Langit Kelabu (Kumpulan Sajak, 1976)        

  1. Ibrahim Sattah
Karyanya:
  • Kumpulan puisi Hai Ti

  1. Yudhistira Ardi Nugraha
Karyanya:
  • Sajak Sikat Gigi, 1974

5.   PUISI-PUISI KONTEMPORER
v  Puisi Mantra
"O”
dukaku dukakau dukarisau dukakalian dukangiau
resahku resahkau resahrisau resahbalau resahkalian
raguku ragukau raguguru ragutahu ragukalian
mauku maukau mautahu mausampai maukalian maukenal maugapai
siasiaku siasiakau siasia siabalau siarisau siakalian siasia
waswasku waswaskau waswaskalian waswaswaswaswaswaswaswaswaswas
duhaiku duhaikau duhairindu duhaingilu duhaikalian duhaisangsai
oku okau okosong orindu okalian obolong o risau o Kau O...
(Sutardji Calzoum Bachri)

AMUK
Ngiau! Kucing dalam darah dia menderas
Lewat dia mengalir ngilu ngiau dia ber
Gegas lewat dalam aortaku dalam rimba
Darahku dia besar dia bukan hariamau bu Kan singa bukan hiena bukan leopar dia
Macam kucing bukan kucing tapi kucing
v  Puisi Konkret
Doktorandus Tikus I
selusin toga
me
nga
nga
seratus tikus berkampus
diatasnya
dosen dijerat
profesor diracun
kucing
kawin
dan bunting
dengan predikat
sangat memuaskan
(F.Rahardi dalam Soempah WTS, 1983)

 
Ngiau dia lapar dia menambah rimba af
Rikaku dengan cakarnya dengan amuknya
Dia meraung dia mengerang jangan beri
Daging dia tak mau daging jesus jangan
Beri roti dia tak mau roti ngiau.
Puisi lain karyanya seperti berikut ini.
(Sutardji Calzoum Bachri)
v  Puisi Mbeling
Sajak Sikat Gigi
Seseorang lupa menggosok giginya sebelum tidur
Di dalam tidur ia bermimpi
Ada sikat gigi menggosok-gosok mulutnya supaya terbuka
Ketika ia bangun pagi hari
Sikat giginya tinggal sepotong
Sepotong yang hilang itu agaknya
Tersesat di dalam mimpinya dan tak bisa kembali
Dan ia berpendapat bahwa, kejadian itu terlalu berlebih-lebihan
(Yudhistira Ardi Nugraha dalam Sajak Sikat Gigi, 1974)


 

No comments: