Wednesday, July 29, 2015

PERIODISASI SASTRA LAMA



PERIODISASI SASTRA INDONESIA

Pengertian Periodisasi Sastra
Periodisasi sastra ialah pembagian sastra atau pembabakan sastra berdasarkan atas kurun waktu atau zamannya. Terjadinya periode sastra karena terjadinya perubahan zaman, pola pikir, serta gaya hidup yang akhirnya menghasilkan perubahan hasil sastra.
Sebelum tahun 1966 telah ada empat pembagian sastra yang disebabkan oleh perubahan pandangan dan kurun waktu. Namun, semuanya masih berdasarkan pandangan yang disampaikan oleh Abdullah bin Abdul Kadir Mumsyi dan Angkatan '45.

A. ANGKATAN 20 (ANGKATAN BALAI PUSTAKA/SITI NURBAYA)

 Latar Belakang:
§  Pemerintahan jajahan mendirikan taman bacaan rakyat.
§  Mengumpulkan/membukukan cerita rakyat.
§  Memberi kesempatan kepada pengarang untuk lebih kreatif.

Ciri-ciri:
  • Merupakan  tuntunan budi pekerti.
  • Mengumpulkan/membukukan cerita rakyat.
  • Pelakunya sebagian besar meninggal dunia.
  • Bertema kedaerahan dan kawin paksa.
  • Nama pengarangnya dibukukan.
  • Romantis sentrimentil (berlebihan).

Pengarang dan Beberapa Karyanya:
1.   Merari Siregar: Azab dan Sengsara, Si Jamin dan Si Johan, Binasa Karena Gadis Priangan.
2.   Marah Roesli: Siti Nurbaya, Anak dan Kemenakan, La Nami (Roman Sejarah).
3.   Abdul Muis: Salah Asuhan, Pertemuan Jodoh, Robert Anak Surapati (Roman Sejarah).
4.   Muhammad Yamin: Tanah Air, Indonesia Tuimpah Darahku, Kalau Dewi Tara Sudah Berkata, Ken Arok dan Ken Dedes.
5.   Nur Sutan Iskandar: Apa Dayaku Karena Aku Seorang Perempuan, Cinta yang Membawa Maut, Salah pilih, Karena Mentua, Tuba Dibalas dengan Susu, Halubalang Raja, Katak Hendak Menjadi Lembu.
6.   Tulis Sutan Sati: Tak Disangka, Sengsara Membawa Nikmat, Tak Membalas Guna, Memutuskan Pertalian.
7.   Djamaluddin Adinegoro: Darah Muda, Asmara Jaya.
8.   Abas Sutan Pamuntjak Nan Sati: Pertemuan.
9.   Aman Datuk Madjoindo: Menebus Dosa, Si Cebol Rindukan Bulan, Sampaikan Salamku Kepadanya.

B. ANGKATAN 30/ANGKATAN PUJANGGA BARU (MAJALAH)

 Latar Belakang:
Ø  Pertemuan dengan Bangsa Eropa yang berpengaruh pada politik, jalan pikiran, pola hidup, dan hasil sastra.
Ø  Lahirnya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang mengangkat Bahasa Melayu sebagai bahasa resmi sekolah.

Ciri-ciri:
  • Bertema nasional.
  • Romantis idealis (penuh cita-cita).
  • Impresimisme (penuh kesan).
  • Meniru kebudayaan Belanda.
  • Bentuk puisinya berbaris: distikon, quin, kuatrin, cektek, tersina, septina, oktat, syair, soneta.
  • Nama pengarang ditulis.
  • Bahasa klise ditinggalkan.
  • Ada permainan bunyi.

Pengarang dan Beberapa Karyanya:
1.   STA (Sultan Takdir Alisjahbana): Layar Terkembang (Roman), Anak Perawan di Sarang Penyamun (Roman), Tebaran Mega (kumpulan puisi), Dian Tak Kunjung Padam.
2.   Armijn Pane: Habis Gelap Terbitlah Terang (kumpulan terjemahan surat), Belenggu (Roman), Jiwa Berjiwa (kumpulan puisi), Gamelan Jiwa, Djinak-djinak Merpati, Kisah Antara Manusia.
3.   Amir Hamzah: Buah Rindu (kumpulan puisi), Nyanyi Suci (berisi kerinduan seseorang pada Tuhannya/puisi), Bhagawat Gita (prosa), Setanggi Timur.
4.   Hamka: Di BAwah Lindungan Ka’bah, Tenggelamnya kapal Van der Wijck, Di dalam Lembah Kehidoepan.
5.   Sanusi Pane: Pancaran Cinta, Puspa Mega, Madah Kelana, Sandhyakala Ning Majapahit, Kertajaya.
6.   Roestam Effendi: Bebasari toneel dalam 3 pertunjukan, Pertjikan Permenungan.
7.   Sariamin Ismail: Kalau Tak untung, Pengaruh Keadaan.
8.   Anak Agung Pandji Tisna: Ni Rawit Ceti Penjual Orang, Sukreni Gadis Bali, I Swasta Setahun di Bendahulu.
9.   J. E. Tatengkeng: Rindoe Dendam.
10.  Fatiamh Hasan Delais: Kehilangan Mestika.
11.  Said Daeng Muntu: Pembalasan, Karena Kerendahan Boedi
12.  Karim Halim: Palawija

C. ANGKATAN '45

Latar Belakang:
v  Kekejaman penjajah terhadap rakyat/sastra.
v  Penderitaan rakyat akibat revolusi.

Ciri-ciri:
  • Ekspresionisme
  • Romantis realistis.
  • Lebih mementingkan isi daripada bahasa.
  • Humanisme Universal.
  • Sinisme.
  • Realita (sesuai kenyataan).

Pengarang dan Beberapa Karyanya:
1.   Chairil Anwar (Raja Puisi): Aku, Kerawang Bekasi, Diponegoro, Beta Pattirajawane, Kerikil Tajam, Deru Campur Debu.
2.   Mochtar Lubis: Harimau! Harimau! (Roman), Jalan Tak Ada Ujung (Roman), Tak Ada Esok (Roman).
3.   Idrus (Raja Prosa): Surabaya, Corat-coret di Bawah Tanah, Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma, Aki, Perempuan dan Kebangsaan.
4.    Asrul Sani bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar: Tiga Menguak Takdir.
5.   Achdiat K. Mihardja: Atheis.
6.   Trisno Sumardjo: Kata Hati dan Perbuatan.
7.   Utuy Tatng Sontani: Suling (Drama), Tambera, Awal dan Mira.
8.   Suman Hs.: Kasih Ta’ Terlarai, Mentjari Pentjuri Anak Perawan, Pertjobaan Setia.


D. ANGKATAN '50
Nama angkatan ini diusulkan oleh W.S. Rendra, namun tidak mendapat sambutan karena latar belakang, ciri-ciri, dan pengarang sebagian besar sama dengan Angkatan '45.

Pengarang dan Beberapa Karyanya:
Ø  W.S. Rendra (Raja Penyair dan Dramawan): Balada Orang-orang Tercinta (kumpulan puisi), Balada Terbunuhnya Atma Karpo (kumpulan puisi), Odipus Sang Raja (Drama).
Ø  Ajip Rosidi: Tahun-tahun Kematian (kumpulan cerpen), Surat Cinta Endang Rosidin, Pesta (kumpulan puisi).
Ø  NH. Dini: Dua Dunia (kumpulan cerpen), Namaku Hiroko (Roman), Padang Halang di Belakang Rumah (Roman), Pada Sebuah Kapal.

E. ANGKATAN '66

Latar Belakang:
  • Penyelewengan oleh pemimpin rakyat.
  • Korupsi merajalela.
  • Pengangkapan dan kekejaman terhadap orang-orang yang menentang pemerintahan

Ciri-ciri:
v  Bentuknya puisi bebas dan cerpen.
v  Isinya protes terhadap pemimpin yang lupa daratan. 
v  Bahsanya panjang-panjang.
v  Temanya penderitaan rakyat.
v  Munculnya kelaguan

Pengarang dan Beberapa Karyanya:
ü Taufik Ismail: Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini, Dari Ibu Seorang Demonstran, Yang Kami Minta Hanyalah Sebuah Bendungan Saja, Malu Aku Jadi Orang Indonesia, Tirani dan Benteng, Buku Tamu Musim perjuangan, Sajak Ladang jagung, Kenalkan, Saya Hewan, Puisi-puisi Langit.
ü Masyur Samin: Pidato Seorang Demonstran, Pernyataan, Ode Pemakaman.
ü Buur Raswanto: Telah Gugur Beberapa Nama, Tirani, Bumi yang Berpeluh, Mereka Telah Bangkit
ü Sutardji Calzoum Bachri: O, Amuk, Kapak.
ü Abdul Hadi WM: Meditasi, Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur, Tergantung pada Angin.
ü Sapardi Djoko Damono: Dukamu Abadi, Mata Pisau.
ü Goenawan Mohammad: Parikesit, Interlude, Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang, Seks, sastra dan Kita.
ü Umar Kayam: Seribu Kunang-kunang di Manhattan, Sri sumarah dan bawuk, Lebaran di Karet, Pada suatu Saat di Bandar Sangging, Kelir Tanpa batas, Para Priyayi, Jalan Menikung.
ü Danarto: Godlob, Adam Makrifat, Berhala,.
ü Nasjah Djamin: Hilanglah si Anak Hilang, Gairah untuk Hidup dan untuk Mati, Putu Wijaya, Bila Malam Bertambah Malam, Telegram, Stasiun, Pabrik, Gres, Bom.
ü Djamil Suherman: Perjalanan ke Akhirat, Manifestasu,.
ü Titis Basino: Dia, Hotel, Surat Keputusan, Lesbian, Bukan Rumahku, Pelabuhan Hati.
ü Leon Agusta: Monumen Safari, Catatan Putih, Di Bawah Bayangan Sang Kekasih.

No comments: